Dec 21, 2016

Memakna

7 semester ini, walaupun bersinggungan dengan banyak dokter. Tapi perasaan bahwa aku harus menjadi dokter jujur, baru hadir pagi tadi.

Sejak malam aku belajar osce bersama eva dan santi. Meski malamku tetap saja tak lepas dari lelap, pagi tadi Alhamdulillah kuterbangun dan bergegas berlatih beberapa skill. Salah satunya adalah skill hecting alias menjahit. Di tengah latihanku, eva menonton video tentang Aleppo. Video yang mengundang nuraniku untuk berhenti sejenak dan ikut membersamainya melihat tayangan itu, yang ternyata begitu menyayat hati.

Darah. Luka. Air mata. Nyawa. Wajah-wajah marah. muka polos yang penuh harap.
Aku terguncang melihatnya.

Kemudian kulihat diriku sendiri.
Betapa aku telah banyak kufur atas segala nikmat yang Allah berikan. Betapa aku begitu lemah. Betapa daya juang jihad di dalam diri ini masih seujung kuku bila dibanding mereka.

Aku ditinggal.
Aku ditinggal masuk syurgaNya Allah.
Dan aku tak mau ditinggal lagi.


Hari ini, kulihat anak menangisi ibunya. Ayah menangisi anaknya.
Tapi beberapa tahun lagi, mungkin hal itu yang terjadi pada kami disini di Bumi Indonesia.

Tidak ada jalan lain selain berusaha membantu. Mengorbankan segala gala.
Dan belajar jadi dokter yang kompeten adalah salah satu jalan jihad itu.

Jadi dokter. Jadi dokter yang bermanfaat. Mengobati luka-luka ummat.

Agar kelak, ketika mereka bertanya siapa yang harus diberangkatkan ke medan jihad; aku bisa lantang berteriak dan mengajukan diri.

Menyongsong jihad. Menyongsong syurga tanpa hisab. Kemuliaan apalagi kah yang dapat menandinginya? Tak ada.

Buka mata. Buka hati. Jangan kalah dengan egomu. Selesaikan semua ini. Belajarlah. Bukan untuk ummi. Bukan karena menuruti semua orang. Tapi karena ummat membutuhkan kita.

Bangunlah.

Bangun.

Bersyukurlah.


20 desember 2016 10.48

Sep 14, 2016

tentang kesiapan

Aku membayangkan.
Bagaimana bila ini menjadi perjalanan terakhirku?
Bagaimana bila salaman tadi adalah salam terakhirku?
Bagaimana bila izroil sudah sangat dekat, sudah siapkah aku?

Detik ini bila pertanyaan terakhir itu dilontarkan padaku, aku akan menangis dan berontak.
TAK SIAP.

Tapi, bila waktunya telah tiba, bergunakah kata tak siap itu?

Tak ada toleransi. Hidup ini keras.

Sama seperti ujian yang sudah terjadwal, bila waktunya tiba, maka menghadapi adalah satu-satunya jalan untuk bisa lulus.

Sungguh, di antara banyaknya persiapan, persiapan menghadapi kematian adalah hal yang sangat sangat sedikit sekali kulakukan.

Berbeda dengan UN SMP yang disiapkan satu tahun sebelumnya oleh sekolah dengan mewajibkan muridnya mengikuti bimbel sekolah.
Tak jauh beda dengan UN SMA yang mengadakan bimbel bahkan sampai larut malam.
Apalagi persiapan masuk kuliah dulu, kepengen-kepengennya dapet beasiswa. Segala hal diterjang dan dihadapi bahkan belajar bareng sampai setengah 1 malam sudah hal biasa.

Apa jangan-jangan, persiapan menghadapi fase-fase pendidikan ini lebih serius dibanding persiapan menghadapi kematian?

Illahi Robbi.. tuntun kami.
Tunjukkan kami. beri hidayah pada kami. agar kami bisa menjadi orang paling cerdas seperti yang disabdakan Rasul: yaitu orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik mempersiapkan kematiannya.


Taksaka malam, kursi 7(7C) 12 September 2016 9:03 PM

Aug 15, 2016

Menjaga Hafalan

Pagi ini, ayat favorit yang biasa terbaca lancar, tersendat. Alhamdulillah pagi ini diingatkan oleh salah seorang makmum.

Ini bukan sembarang tempat yang bisa baca apapun seingatnya. Ini adalah ‘rumah’, yang kalau kamu salah, maka akan ada yang membenarkanmu. Kalau kamu salah, maka orang-orang akan tahu kamu salah. Kamu tidak bisa menyembunyikan keburukan hafalanmu, ma!

Rasanya seperti ditegur langsung oleh Allah. Ingin menangis keras dan menampar diri. Betapa hafalan yang (pernah) lancar itu sama sekali tiada arti jika sesuka hati murojaahnya. Siapa yang menjamin hafalan kita akan erat? Tak ada.

Rasulullah pernah berkata: Permisalan Shahibul Qur’an itu seperti unta yang diikat. Jika ia diikat, maka ia akan menetap. Namun jika ikatannya dilepaskan, maka ia akan pergi” (HR. Muslim 789)

Dan Imam Syafii pernah berkata Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa  ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).



Allahummaghfirlanaa yaa Allah..
Allammarhamnaa bil Qur'an..

Aug 7, 2016

5 tahun lagi

Siapakah dirimu 10 tahun ke depan?” Hening.

Pertanyaan berlanjut.

Siapakah dirimu lima tahun ke depan?” masih hening. Kali ini pembicara menoleh ke kumpulan pemuda berjas biru telur asin.

”wah kalau pertanyaan ini paling engga mas mbak panitianya harus ada yang bisa jawab”

Ini kesempatan emas, disaksikan puluhan mata dan ada kemungkinan diaamiinkan malaikat :’) maka sebelum hening berlanjut; akhirnya terangkat juga tangan, dan keluar sebuah suara malu2 : In syaa Allah 5 tahun ke depan jadi mahasiswa S3 di Tokyo University.

Alhamdulillah, malam ini diingatkan kembali tentang pentingnya memiliki mimpi yang detail. Agar jelas ‘kendaraan’ yang harus dipakai, agar terhindar dari ketidakfokusan dan kesia-siaan waktu.

Lebih jauh lagi, pertanyaan pembicara ternyata mengingatkan pada pertanyaan yang dilontarkan saat seleksi wawancara baktinusa: di umur 40 tahun nanti, kamu membayangkan sosokmu seperti apa?



Tulisan terinspirasi dari acara Seminar Motivasi Karangtaruna Desa Pringanom (tempat kkn), kebetulan pembicaranya adalah penerima baktinusa, jadi langsung keinget sama pertanyaan baktinusa deh :') | dan waktu pertanyaan itu dilontarkan, i couldn't describe the answer clearly. Belum begitu jelas ketika itu, di 40 tahun kelak akan seperti apa sosokku :'' | tapi sekarang, bismillah.. in syaa Allah semangat lagi membangun tangga mimpi.


Btw lagi, sebenarnya waktu kemarin bilang Tokyo Univ itu, ngasal banget. Bahkan ngga tau itu kaya gimana dan ada apa engga jurusannya. Selama ini cuma ngertinya, NagoyaU, OsakaU, TohokuU aja. Terakhir di proposal hidup baktinusa nulisnya Tottori University. Dan malam itu, mendadak semua univ terlupa. Yang keinget cuma jepang dan jepang. Dan karena ga ada Japan U, akhirnya nembak aja Tokyo University. hehehe peace.

Ohiya, foto ini juga bukan aku yang ngambil kok. Ini foto nemu di fb :D | dan entah yangn di foto sungai apa dan gedung apa :') | makasih ya anon fb :))


Jul 7, 2016

Menjadi Mata Air

Menjadi mata air.
Pesan ayah dari Bacharudin Jusuf Habibie yang tertanam kuat dalam benak Habibie kecil.

Habibie tidak lahir dari keluarga biasa.
Habibie lahir dari ayah yang sangat cerdas. Ayah yang mengajarinya banyak hal. Ayah yang membuatnya bermimpi untuk membuat pesawat. Ayah yang menanamkan padanya untuk bisa jadi mata air, jadi orang yang bermanfaat. Ayah yang taat agama, dan ketaatan itu tercermin dari cara meninggalnya dalam sholat, yang insya Allah husnul khotimah.

Habibie dibesarkan dari ibu yang sangat kuat. Ibu yang jadi garda terdepan memperjuangkan pendidikan anak-anaknya.

Menonton film rudy Habibie semalam, membuat khayalku melayang jauh. Ke jerman sana. ke dokter. Mengingatkanku pada teman satu SMA yang sangat cerdas. Sinisnya sama. pintarnya luar biasa. Gerak-geriknya. Berkarya dalam diam. Tak pernah ribut dan banyak mengobrol. Tahu-tahu namanya sudah mewangi. Mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.

Karena film hanya menceritakan indahnya. Bagian sedihnya tentu tak lebih banyak dari indahnya.

Sosok Habibie yang sekarang ini, siapa yang tahu apa saja yang telah terjadi di masa mudanya dulu? Siapa yang mengerti air mata, peluh, dan semua usaha yang sudah dilakukan?

Saya hanya butuh tidur 4 jam. Makin cepat dapat tempat, makin cepat saya belajar.
Kecintaannya pada ilmu. Keseriusannya dalam belajar. Rasanya membuatku tertampat-tampar. Apalagi mengingat tahun-tahun kuliah kedokteranku yang belajar sangat ala kadarnya..

Menjadi mata air.
Mata air hanya lahir di tanah yang bergolak.
Mata air yang jernih akan mengendapkan keburukan di sekitar.

Orang baik akan dikelilingi orang baik.
Jadi orang bermanfaat. Jadi orang bermanfaat.

Pemimpin itu, banyak curhat ke “langit”.
Banyak doa. Banyak doa.





Kalau kamu ga taat, percuma aja semua ini asma :''

Jun 19, 2016

selesaikan!

Melihat ada ibu yang kesulitan ketika menghafal, ditambah bawa anak juga, rasanya tertampar-tampar. Ada gerimis bercampur kagum dengan semangat ibunya menghafal Quran, semangat yang bikin iri sekaligus menunduk malu.

Cmon ma! Ayo diselesaikan! Sebelum tambah banyak urusanmu dan tanggung  jawabmu,


- Bakda ikut acara hafalannya ibu2 - 

Jun 10, 2016

Bangga

Tetep berfastabiqul khoirot. Kalian hebat, tp diluar sana mgkin banyak ikhwah yg jauh lebih hebat.

Kalo denger cerita mereka sampe mau blg. "Mereka manusia apa bukan".😁

Boleh bangga dg amalan jamai kita. Tp ttp tengok ke atas, berlombalah dg org2 yg hebat untuk urusan akhirat. InsyaAllah urusan amal kita akan mnjadi hebat. Tetep tawadhu, qanaah dan wara (taqwa). 😁

Semoga ramadhan kali ini menambah rasa mahabbah kita kpd Allah taala.


- petuah tetua, YMP (dr.)

#notetomyself

May 28, 2016

Hikmah Sakit

Bismillahirrahmaanirrahiim

Dulu sering bertanya-tanya, bagaimana ya rasanya mendapat ujian sakit berat dari Allah. Dan kali ini Allah izinkan aku untuk merasakannya. Maka bismillah, semoga aku bisa memetik tiap hikmah yang Allah titipkan melalui sakit ini.

1.       Bersabar dalam sakit itu sulit.
Rasanya ingin menangis. Mempertanyakan segalanya pada Allah. Kenapa aku, kenapa harus aku, kenapa sekarang saat kondisinya begini, dsb. Dan ternyata, menerima satu kenyataan kalau sakit ini memang “ujian dari Allah” dan memang “harus sekarang”, bukan perkara mudah. Apresiasi luar biasa untuk  hamba-hamba Allah yang tetap bersabar di tengah sakitnya. Tetap berkarya dan menginspirasi. Tetap menghafal kitabNya. Tetap percaya dengan janjiNya bahwa setiap penyakit ada obatnya..

Sedih, kecewa, menangis, marah adalah perasaan manusiawi yang boleh dirasakan ketika seseorang ditimpa sakit. Tapi manusia diberi akal dan hati. Diberi kecerdasan untuk bisa mengatur semua perasaan agar tetap dalam bingkai taqwa. Agar semua tetap pada kesyukuran. Agar tidak menyalahi Allah untuk kehendak terbaikNya.

2.       Kita akan diuji dengan hal-hal yang kita cinta.
Ujian sakit kali ini bertepatan dengan agenda UKM Ilmu Qur’an yang seabrek. Upgrading dan MTQ. Juga khataman, Tabligh Akbar Ramadhan, Pleno. Aku tak pernah menyangka, ujian kecintaanku menjalani amanah UKM ini Allah kirim dalam bentuk sakit. Teringat akan ketinggian hatiku beberapa saat lalu, yang berjanji sepenuh hati akan mendampingi penuh UKM ini walau dihantam kesibukan akademik atau apapun. Tapi ternyata, ketika Allah menguji sakit ini, aku tak bisa kemana-mana.  Benar-benar bertepatan dengan upgrading yang sedang dilaksanakan di isykarima. Sebuah acara dengan perjuangan luar biasa. Dan diadakan di tempat yang selalu kurindu untuk kembali kesana sebakdanya acara itikaf beberapa tahun silam. Tapi ternyata, kehendak Allah yang ini telah ditetapkan padaku. Secinta apapun, sebersemangat apapun, Allah lebih ingin aku istirahat disini. Mendoakan mereka dari jauh.

Kemudian tentang MTQ Jawa, sesuatu yang baru pertama kali dilakukan UKM ini. Mengadakan perlombaan tingkat MTQ. Dimana hari-hari kemarin aku begitu semangat dan sangat senang mengurusnya. Tapi kali ini, tak ada yang bisa menjamin, apakah aku bisa membersamai perhelatan akbar di hari H.

3.       Manusia yang memiliki deadline akan lebih terarah
Hari ini aku diingatkan Allah lagi tentang deadline hidup. Ya. begitu tegak diagnosis dokter, aku langsung merapikan hal-hal yang perlu dirapikan. Dan merasa waktuku sempit sekali. Seharusnya tiap detik kehidupan bisa dimaknai begitu.. agar kita jadi orang yang bersegera dalam berbuat kebaikan. Tidak berlama-lama dalam istirahat karena meyakini bahwa istirahat terbaik adalah di Jannah.

4.       Yang kita kumpulkan bisa saja sia-sia
Sudah membersamai panitia, tapi tidak bisa ikut acara. Rasanya sia-sia sekali keringat yang dikorbankan kemarin. Astaghfirullahal’adziim. Harus selalu ingat, bahwa Allah melihat proses, bukan hasil. Harus yakin bahwa setiap amal yang berlalu sudah dapat penilaian dari Allah. Ketika ditimpa musibah, keikhlasan amal lalu itu jadi ujian. Benar-benar ikhlas menjalankannya atau bagaimana?

Ada satu hal lain yang dikhawatirkan. Dengan semua yang sudah dilakukan selama ini, Apakah Allah menilainya sebagai kebaikan? Atau Allah menilai lain karena yang kt lakukan tersisipi niat yang keliru?

5.       Hafal Qur'an. Selesaikan, jaga baik-baik.
Beberapa waktu lalu mendapat nasehat dari video Syekh Fahd al Kandali. Beliau menekankan, bahwa sakit bisa diobati dengan ruqyah sesuai ajaran Rasul. Maka betapa indahnya ketika kita bisa meruqyah diri sendiri, dan di dalam hati ada Qur’an, kalamAllah. Dan betapa hafalan harus dijaga betul. Karena ketika kondisi tidak memungkinkan untuk membaca atau mendengar, maka hafalan Qur’an yang kita jagalah satu-satunya yang bisa kita lafazkan  baik dalam hati atau lisan.

6.       Dokter perempuan
Sejak pertama kali ke rumah sakit, selalu bertanya, adakah yang perempuan? Kemudian menyadari satu hal penting. Sebagai perempuan tentu hanya ingin disentuh oleh yang perempuan saja. Jumlah perempuan saat ini lebih banyak dari laki-laki, maka seharusnya keberadaan dokter perempuan di rumah sakit bisa melebihi laki-laki. Menerima kenyataan bahwa tak ada dokter perempuan di poli yang saya tuju, menjadi tamparan diri sendiri untuk rajin belajar dan bisa menularkan semangat belajar ke teman-teman perempuan lainnya. Agar bisa jadi perantara Allah dalam kesembuhan para perempuan.

7.       Liqo adalah keluarga
Halaqoh, liqoat adalah keluarga. murobbi adalah ibu yang seharusnya juga jadi tempat cerita. Kepercayaan pada jama’ah harus utuh. Ummi mengajarkan ini dengan praktek langsung. Bagaimana liqo memang jadi tempat kembali pulang. Tempat cerita. Karena dengan ukhuwah, tak ada masalah yang harus dihadapi sendiri. Kita orang beriman yang punya Allah, punya saudara seiman yang insya Allah akan membantu kita.

8.       Sendiri. Apalagi di kubur
Saat sakit ini merasa sendiri betul. Tak punya teman. Tak punya tempat untuk benar-benar menangis menceritakan semua. Akhirnya hati ini keruh karena berprasangka macam-macam. Alhamdulillah Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, Allah Yang memberi hidayah kemudian menyadarkanku. Bahwa tempat cerita, tempat menangis, hanya pada Allah semata.

Tentang kesendirian, diri ini diliputi perasaan khawatir. Sendirian di dunia saja sudah sedih sekali rasanya. Maka bagaimana di kubur nanti, dimana yang bisa menemani hanyalah amalan..


Semoga Allah menguatkan diri ini untuk terus bersabar dan memetik hikmah atas segala kejadian yang terjadi. Ini hanyalah sedikit. Kuyakin ada banyak sekali hikmah yang belum tertulis. Dan Maha Benar Allah atas segala firmanNya, karena sesungguhnya kita takkan mampu menghitung nikmat Allah.. maka jadikan kami hamba yang senantiasa bersyukur Rabb..

Alhaqqu min Robbika wa laa takuu nanna minal mumtariin.

Kebenaran hanya milik Allah semata.

May 26, 2016

Amanah

Pindah bagian belum tentu meringankan amanah kita, yg memberi amanah itu Rabb yg tiap hari kita sujud maka dengan doa, usaha, dan ibadah serta berbuat baik baru amanah itu dengan izinnya insya Allah akan menjadi lebih ringan dan lebih indah

-not my word-

#notetomyself

May 15, 2016

Hawa nafsu

Satu perbedaan manusia dengan malaikat: manusia dikaruniai hawa nafsu.

Cara menjaga dan menahan itulah yang jadi ujiannya manusia.

"Maaf saya baru dari jogja". Menahan untuk tidak membalas "cie yang baru pulang"

Menahan untuk tidak ikut ledek2 membahagiakan yang padahal, sangat manusiawi untuk diikuti.

ya Allah jaga aku. Ya Allah lindungi aku. Ya Allah bantu aku menahan hawa nafsu Ini.

Hayuk belajar menahan hawa nafsu, dimulai dari nafsu makan 😅

May 8, 2016

Neuroplastisitas

Neuroplastisitas. Yaitu kemampuan otak untuk berubah secara struktural dan fungsional yg dikarenakan stimulus.

Secara struktural, otak yg memiliki neuroplastisitas baik akan memiliki jumlah dendrit yang lebih banyak. Jadi meski volume sama, tapi serabutnya lebih banyak, maka bisa disimpulkan orang tersebut lebih cerdas.

Menurut penelitian, neuroplastisitas ini akan menurun, alias serabut dendritnya akan berkurang dan otak akan atrofi (mengecil) pd usia mendekati lansia, atau lansia, karena otak mulai jarang dipakai berpikir keras. Ini yg membedakan olahragawan dengan akademisi atau seorang ilmuwan, bs disebut professor dlm org awam. Nah ternyata, olahragawan lbh cpt mengalami demensia pada mereka yg jarang mngaktifkan fungsi2 otaknya. Sdgkan ilmuwan akan cenderung lebih tahan terhadap demensia.

Dr sumber yg saya dpt (dari dosen; mgkin bs dicek kbenarannya lg), neuroplastisitas akan menurun kemampuannya mulai usia 30. Jd ada 2 pilihan, stagnan or decreases.  Jadi di usia2 ini, byk manfaatkan untk tugas2 yg banyak, dg kemampuan individu msg2 tentunya. Jgn terlalu byk beban, shg byk stressor. Jgn takut bodoh karena waktu belajar berkurang gr2 dakwah.

Karena kalo kita lbh menguatkan fungsi otak kita dan kapabilitas otak kita dg disibukkan dakwah, maka jika org biasa btuh bljr 4 jam, mungkin kita cm btuh 2 jam. Ya, karena kita memanfaatkan neuroplastisitas itu. Byk mikir, byk tugas, banyak amanah, byk kepepet.

Akhirnya kemampuan otak kita bertambah, struktur otak pun akan lebih padat. Inilah tugas kita. Berat, tp byk melatih kita. Membuat lebih kuat kedepan. Jd jgn takut byk tugas dan byk kerjaan.

Oleh: Yoga Mulia Pratama, S.Ked (Korfak AAI FK 2014)

May 4, 2016

Searching di Otak

Siang itu seorang dokter penyakit dalam sudah hadir di ruangan, siap memberikan kuliah. Tapi fokusku masih tertuju pada handphone dan laptop krn satu hal: pendaftaran kkn!

dr. Arifin, Sp.PD membawakan kuliah dengan santai, sambil coba melempar pertanyaan tentang patofisiologi suatu gejala penyakit yg tentunya sudah kami pelajari. Namun toh yg berhasil menjawab pertanyaan beliau hanya satu dua. Sisanya? Lupa :"

Fokusku masih pecah, sampai akhirnya beliau bercerita.

"Saya suka nanya2 ke mahasiswa gini ga cuma sama kalian dek, tp sama adek adek koas yg lain juga"

"Dan saya paling ngga suka kalau ada yg jawab, tp itu hasil dr ngintip buku. Saya ngga suka. Lebih baik dijawab jujur 'maaf dok saya ngga tau', atau 'saya lupa', saya lebih menghargai jawaban begitu"

Wah. Mulai menarik. Sejenak kucoba fokus mendengarkan perkataan beliau.

Kemudian beliau melempar tanya: "kalian tau orang stroke? Kenapa kemudian kakinya yg sebelah mengecil?"

"Atrofi," jawabku mantap. Tumben sekali, biasanya aku paling tdk bisa dan tdk mau menjawab pertanyaan dosen. Tp wajah ramah sang dosen membuatku lupa akan rasa minder yg biasa muncul.

dr. Arifin mengangguk, lalu melanjutkan.

"Ketika saya bertanya pada kalian. Maka kalian memaksa diri kalian untuk mengingat2. Kalian melakukan searching di otak kalian. Krn saya tahu, kalian sebenarnya pasti sudah pernah faham materi ini, sudah pernah baca. Cuma mungkin jarang dibuka dan dipakai, tp memorinya masih ada. Jadi butuh waktu untuk searching"

Ini menarik. Kali ini kutaruh hpku.

"Ketika kalian bilang tidak tahu. Kemudian saya menjelaskan teorinya. Maka kalian akan ingat. Ohiya, ini kan dulu begini, pernah disampaikan disini. Akan terjadi koneksi dengan ingatan lama. Dan membuat ingatan tersebut jadi semakin kuat. Coba kalau kalian langsung buka buku, tidak akan ada proses searching di otak. Sehingga lama2 otaknya akan..."

"Atrofi" jawab kami mantap.

dr. Arifin terkekeh: "kalian yg bilang loh ya.."

Cerita yg sangat apik dan masuk akal. Mengingatkanku tentang sinaps sistem saraf di blok neurologi. Dan juga hafalan Qur'an.

Korelasinya dg Qur'an apa, asma?

Ketika kita muroja'ah, harus ada waktu dimana kita tdk boleh buka Qur'an sama sekali.

Dan sebagai guru, kita juga harus memberikan waktu pada murid untuk berpikir sendiri, mengingat, membiarkan proses searching itu berjalan sempurna sampai akhirnya 'finding' ayat yg terlupa. Baru ketika dia menyerah, tak menemukan di memorinya, kita yang beritahu dan ingatkan. Bukan memintanya melihat sendiri di Qur'an.

Sekian cerita hari ini.
Alhamdulillah jadi makin semangat dan bersyukur. Semoga Allah izinkan dan pertemukan kami dengan dr. Arifin lainnya di luar sana :")

3 Mei 2016
Sebakdanya kuliah Kedaruratan Endokrin oleh dr. Arifin, Sp.PD

Apr 25, 2016

PASANGAN

Ada begitu banyak kata untuk satu maksud yang sama.
Dokter dengan anamnesisnya.
Polisi dengan interogasinya.
Anamnesis dan interogasi punya makna yang sama. Sama-sama ingin menggali. Sama-sama dibutuhkan untuk perkembangan kasus kedepannya.
Hanya saja, tiap kata sudah ada yang memilikinya. Sudah berpasangan.
Kita tak bisa memasangkan anamnesis dengan polisi, begitu juga interogasi dengan dokter. Seberapa sama dan dekat maknanya, kalau memang bukan pasangannya, mau diapakan?

Begitu juga dirimu dan dirinya. Seberapa dekatpun, seberapa mengenalpun, kalau memang bukan dirinya yang Ia pasangkan untukmu, bagaimana?

Kalau kata Ustadz Salim A. Fillah di salah satu ceramahnya..
Jangan kau kira cinta akan lahir dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun.
Tidak.
Cinta adalah anak dari kecocokan jiwa.
Dan selama kecocokan jiwa itu tiada, cinta takkan pernah lahir dalam hitungan tahun bahkan milenia.
Sebab apa?
Al arwahu junudu mujannadah
Ruh-ruh itu seperti pasukan yang ada dalam kesatuan-kesatuan
Kalau mereka saling mengenal, maka mereka mudah untuk sepakat.
Kalau mereka tidak saling mengenal, maka mereka gampang untuk berselisih.
Pasukan itu mengenal satu sama lain pakai apa? pakai sandi. Pakai kode.
Kalaupun tidak bertemu, hatta terhalang bukit. Tapi kalo kodenya nyambung, maka mereka akan sepakat. Yang sama adalah, rumus jodoh itu kalau kemudian sama-sama hati mereka tunduk pada Allah, mengenal Allah subhanahu wa Ta’ala. Mengabdikan diri untuk Allah.
Agama itu cara memandang hidup. Cara memandang mati. Cara memandang hidup sesudah mati. Cara memandang pencipta hidup dan mati. Cara memandang pasangan, lingkungan, dan kesemua makhluk Allah subhanahu wa ta’ala. Maka kesamaan dalam itu, kesejiwaan adalah jaminan kebaikan bagi pernikahan.



-          Sebakdanya kuliah Visum et Repertum dr. Nonod, 1:34 pm, 25 April 2016

Laa yukallifullaah

Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’ahaa (2: 286)
Allah tidak akan membebani makhluk di luar kesanggupannya.

Ayat ini begitu sering diulang-ulang, tapi akhirnya baru benar-benar teresapi sore itu.
Kala itu aku terlanjur membuat janji dengan akhwat adminkeu untuk ngobrol cantik, jam 16.00. Di jam yang sama, berlangsung rapat 3 sie MTQ di perpus NH. Sedari awal aku sudah berniat untuk tetap fokus pada janji yang kubuat dengan akhwat adminkeu. Qodarullah, sore itu ternyata Allah ingin aku hadir dulu di rapat 3 sie. Hanya ada 2 akhwat dari 5 yang seharusnya hadir. Akhirnya kutemani juga sebentar.

Jam 16.45, aku pamit, izin naik ke lantai 2. Menemui akhwat-akhwat adminkeu. Kemudian terjadi obrolan, hm lebih tepatnya curhatan seru. Dan akhirnya keluar juga potongan ayat di atas: Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha. Allah Yang Maha Mengetahui, tidak akan membebani kita di luar batas kemampuan kita. Bila ada beragam hal yang diamanahi pada kita, kita harus yakin, amanah ini datangnya dari Allah. Dan Allah memberi amanah ini, in syaa Allah sudah sepaket dengan kekuatan dariNya. Karena apa, karena Allah tidak akan membebani di luar kemampuan kita, maka pasti Allah sudah siapkan skenario untuk memampukan kita memikul amanah. Jadi.. semangat, karena amanah diberikan sepaket dengan kekuatan, karenanya, kita tak boleh bosan untuk terus memohon, berharap, menangis di hadapanNya; untuk banyak mohon ampun, untuk banyak minta petunjuk, untuk minta dikuatkan memegang amanah ini..


Allah Yang Maha Baik ternyata menjadikan ngobrol cantik sore itu selesai dengan waktu singkat dan konten cukup padat. Sehingga masih ada beberapa menit untukku turun lagi ke perpustakaan NH. Ada sebersit lelah, ingin pergi dan meninggalkan; tapi nyatanya Ia kuatkan dan mudahkan langkah kakiku. Ia lapangkan hatiku untuk menemani syuro sore itu. Alhamdulillaah binikmatih.. Segala Puji hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Rabb semesta alam..

Apr 18, 2016

coba!

Kecewa takkan membuat esok pagimu jadi tak bernyawa. Coba, coba, dan coba. Keseimbangan adalah tentang mencoba: menakar dan menerka. Tidak apa. Sesekali kamu memang mesti menangis. Karena tidak semua gerimis berujung pelangi yang manis. 



Azhar Nurun Ala dalam Ja(t)uh halaman 125

Apr 17, 2016

Sacin

Bismillahirrahmaanirrahiim

Setiap orang punya tempat sendiri di hati. Tiap sosok ada kenangannya di memori. Seperti sore ini ketika aku menyapu kamar Sumayyah binti Hibath. Ada secarik kertas kuning stabilo yang sudah lusuh. Isinya kurang lebih seperti ini:
Asma makasih banyak ya spidolnya. Maaf balikinnya lama –Sacin

Sacin, nama kesayangan dari Nur Sakinah. Tulisannya yang rapi itu khas banget. Dulu jadi sekretaris kita di kelas IPA 3. Dan heboh banget kalo ngingetin kita.

“tedjo tedjo.. ana punya pengumuman. Ana nggak mau ngulang dua kali..” begitulah teriakan khasnya kalau mau ngasih pengumuman. Maklum, warga tedjo ada 28 kepala (termasuk sacin). Keluarga kelas paling banyak di SG. Dan emang butuh kesabaran ekstra buat bikin 27 kepala diam dan ngga nanya-nanya untuk satu pengumuman. Makanya si sacin kaya gitu deh kalo mau ngasih pengumuman.


Yang ngga bisa terlupa sampai sekarang itu, setiap kali megang spidol selalu inget sacin. Sacin dulu yang megang spidol kelas dan tintanya. Di tempat pensilnya sampai adqa 4 spidol papan tulis yang gede-gede itu. Dan ane inget banget, orang yang ngajarin ana ngisi tinta spidol itu yoo sacin. Jazakillah ya ciin :’) peluk kangen dari solo, semoga tulisan tangan ente tetep bagus wkwk :D

Mar 29, 2016

Tentang pelajaran hidup bernama baktinusa (3)

semoga Allah beri kabar bahagia buat mbak melalui Asma yaa :)) – mbak titis.

Dibalas begitu oleh mbak titis, malah aku yg jadi takut.. entah kenapa mbak, aku lebih suka mengenang kata-katamu yg ini:
pokoknya Asma, walaupun nantinya Asma ga keterima baktinusa, mimpimu buat bikin klinik itu harus bisa terwujud.

Yakin banget mbak tis, padahal baca esai dan konsepan kliniknya aja belum :’)

‘ala kulli haal, Alhamdulillaah atas segala karunia Allah. Yang sudah mengizinkanku untuk belajar sejauh ini. Pada akhirnya aku memahami, bahwa apapun yang terjadi, kalimat apapun yang terlontar saat seleksi 2 kemarin, sejatinya itu sudah merupakan kehendak terbaikNya.

Termasuk pengumuman nanti.. Allah yang paling tahu yang terbaik bagi kita. Sekarang waktunya menata diri lagi, menata hati, dan menjalankan apa-apa yang pernah tertulis di proposal hidup, tentu saja segalanya on mission menegakkan kalimat Allah di muka bumi. In syaa Allah

Tentang pelajaran hidup bernama baktinusa (2)

Tidak harus bersama baktinusa.
Aku tahu Allah memiliki rencanaNya yang terbaik dan terindah.
Aku tahu, mungkin akan lebih mudah bagiku bila tidak diterima di baktinusa.

Tapi Allah, entah mengapa, masih hangat di bayangku, masih terngiang di telingaku, pertanyaan salah seorang pewawancara: kalau nanti ditantang untuk nulis buku, bisa ya?

Seperti ada petir.
Insya Allah. Jawabku ragu.

Udah tau mau nulis tentang apa? tanya beliau lagi.

Belum.. eh tapi saya ingat di proposal hidup itu, saya pingin bikin tulisan tentang gimana caranya biar mahasiswa juga punya semangat untuk ngafal dan menjaga hafalan.

Nah itu. Jadi siap ya kalau ditantang untuk nulis buku? Tanya beliau dengan pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya.

In syaa Allah. Dengan bimbingan Allah dan pembinaan dari baktinusa. Jawabku akhirnya mencoba mantap. Jawaban yang entah mengapa menerbitkan senyum optimisku.

Padahal,  ada sekian banyak pertanyaan yang jawabannya menggantung. Ada banyak kejujuran dan alasan yang belum sempat terungkap.

Ada satu pertanyaan yg sampai saat ini juga masih terngiang: di umur 40 tahun nanti, kamu ingin dikenal sebagai apa?

Aku lupa pastinya kujawab seperti apa, yang jelas, jawabanku tidak sefasih tulisan yang tergambar di otakku.

Aku ingin dikenal sebagai ibunya ummat, ibunya anak-anak. Seperti ustadzah yoyoh yusroh yang memperjuangkan tanah palestina. Aku ingin dikenal sebagai seorang dokter jiwa yang bisa mengobati mental keluarga broken home. Aku ingin jadi ibu yang kuat seperti ummi. Aku ingin dekat dengan anak-anak jalanan, dengan ibu-ibu single parent, dan aku ingin mereka dekat dengan Qur’an karena adanya klinik recovery jiwa yang kami buat.


Entah bagaimana tim pewawancara mendengar dan menafsirkan jawabanku, yang pasti aku memang harus belajar banyak untuk menyampaikan sesuatu lewat lisan..

Tentang pelajaran hidup bernama baktinusa (1)

Bismillaahirrahmaanirraahiim
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Teringat saat pertama kali melihat namaku masuk ke 24 calon penerima manfaat bakti nusa UNS. Waktu itu aku sedang ada di puncak lelah, seharian di NH dari sholat gerhana sampai khataman malamnya. Beberapa orang yang kutemui hari itu menanyakan pengumuman BA yang akhirnya kujawab dengan senyum: aku saja tak tahu kalau hari ini pengumumannya. Maka ketika malamnya Manajer BA UNS, Mas Krisna, pm via WA, aku yang malah bingung. Setengah tak percaya, tapi.. Alhamdulillaah wa syukurillah.. berita itu kemudian hilang ditelan kesibukan.

Sebakdanya acara khataman 3 hari itu, aku kembali memikirkan bakti nusa. Aku membuka file yang kukirim. Membaca tiap detail form pendaftaran, esai, sampai proposal hidup. Kemudian tertegun. Allahu Robbi, apa yang mereka lihat dariku? Cv hidupku biasa, tidak berlimpah prestasi apalagi jabatan organisasi. Esaiku juga sangat sederhana, lebih mirip curhatan kalau boleh kubilang. Dan proposal hidup yang kuyakin, teman-teman lain lebih baik dan wellprepared dalam membuatnya.

Tapi Allah melalui baktinusa memberiku kesempatan untuk belajar di satu agenda yang bernama Seleksi 2 Bakti Nusa. Bismillah.. mari kita belajar..

Cerita selanjutnya adalah tentang perjuangan mengerjakan penugasan bakti nusa. Dari mulai pusing saat diminta ganti foto profile picture semua akun media sosial. Bukan apa-apa, tapi karena aku mencoba memegang prinsip untuk tidak pajang foto sama sekali. Akhirnya dicari foto paling gelap dan paling samar senyumnya. Susah. Karena fotoku tak banyak.

Belum lagi tentang esai yang menuntut untuk membuka mata dengan realita pasar tradisional. Tentang esai ini, aku memang menunda membuatnya. Kupikir, video butuh waktu lebih lama. Hingga akhirnya sampai pada waktu-waktu kritis. Alhamdulillah H-1 deadline, Allah beri petunjuk melalui buku Api Sejarah yang dibacakan saat lingkaran teras surga berlangsung. Akhirnya bisa memulai esai juga dengan inspirasi dari Api Sejarah.

Lain esai lain video. Dari awal aku berprinsip aku tidak ingin banyak suara dan banyak potret diriku. Walau dikeberjalannya susah sekali mempertahankan prinsip ini. Sempat take video beberapa kali, berusaha minta tolong  kesana kemari. Sampai akhirnya.. Alhamdulillah video itu jadi dengan editing sendiri. Dan sesuai dengan keinginanku. Biar, biar saja tulisan itu yang menceritakan diriku. Aku tak menyesal sudah berbeda dan mungkin, agak nyeleneh dengan penugasan yang diminta. (maafkan aku baktinusa, beginilah aku..)

Akhirnya sampai juga ke detik-detik menjelang FGD dan wawancara. Waktunya bertepatan dengan agenda camping Qur’an di NH dimana aku jadi panitia dan juga musyrifahnya. Rasanya lelah badan dan pikiran. Memikirkan semua hal. Ummi abi, skripsi yang tak kunjung keluar pengumuman validasinya, IQ yang jumatnya raker dilanjut CQ. Benar-benar terasa dikuras. Belum lagi menghadapi perasaan minder yang luar biasa. Hari H itu, aku sempat ragu, di detik-detik terakhir itu aku masih berpikir apa ngga usah berangkat aja ya…. tapi biidznillah, kuputuskan berangkat. Dan aku memilih berjalan kaki. Agar semua rasa bisa menguap. Agar hormone endorphinku keluar dan merilekskan semua keruh yang ada.


Singkat cerita, FGD dan wawancara telah selesai. Walaupun FGDku tak mulus, maksudku, seperti biasa, bila aku tidak wellprepared untuk diskusi, aku takkan bisa menyampaikan sesuatu dengan fasih. Dan walaupun wawancaraku begitu adanya.. tapi rasanya lega, alhamdulillah. sekarang waktunya tawakkal..

Mar 22, 2016

What are you waiting for?

[1/28, 5:12 PM] Psi11 Mb Titis: Dek, bakti nusanya dibuat ya
[1/28, 5:12 PM] Psi11 Mb Titis: Gak boleh kalah sebelum berperang
[1/28, 5:21 PM] Psi11 Mb Titis: Hehe bukan kepedean, tp kita mengikhtiarkan pada kesempatan baik yg Allah berikan. Kalau lolos berarti Allah buka satu pintu. Kalau enggak, itu bakal jd pengalaman berharga. Hihi.
[1/28, 5:25 PM] Psi11 Mb Titis: Asma bisa. In syaa Allah 😘

[3/10, 11:26 AM] 12 Mb Elvia Rahmi Marga Putri, dr.: Ayoo
Kamu udah berhasil mengalahkan rasa itu ketika mendaftar.
Dikit lagi.
[3/10, 11:26 AM] 12 Mb Elvia Rahmi Marga Putri, dr.: Kamu tuu punya banyak hal yg temenmu ga punya. Kamu harus tau itu.





What are you waiting for, Asma?
Fabiayyi aalaa i robbikumaa tukadz dzibaan
Lainsyakartum la aziidannakum, walainkafartum inna adzaabii lasyadiid :"

Mar 18, 2016

Sang Pengandung Kalam Mulia

“Asyrofu ummati Hamalatul Qur’ani wa ashhaabul lail”. Sebaik-baik golongan dari umatku adalah mereka, para penghafal Al Qur’an dan ahli qiyamul lail.
Bagi sebagian ikhwah yang berkonsentrasi dalam menghafal Al Qur’an, mungkin ada yang menjadikan hadist ini sebagai motivasi. Ada yang menempelnya di dinding kamar, di pintu lemari, atau mungkin di mushaf yang dengannya sering berinteraksi. Hadist ini sering mengingatkan di kala futur menghampiri. Memberi pencerahan dan menggugah jiwa untuk bangkit kembali.
Sebenarnya, kalau kita mau memperhatikan, ada redaksi unik dalam penyebutan ‘penghafal Al Qur’an’ dalam hadist Rasulullah tersebut. Rasulullah menyebut mereka yang mulia dengan hamalatulQur’an, para pengandung Al Qur’an, bukanhuffazhulQur’an. Ada suatu indikasi, yang layak bagi kita untuk meninjaunya kembali.
Kalau kita tengok sejarah, zaman dahulu gelar alhafizh sebenarnya disematkan kepada mereka yang mampu menghafal ratusan ribu hadis, Ibnu Hajar contohnya. Dan kita pun telah akrab dengan julukan nan agung itu, AlHafizh Ibnu Hajar Al-Atsqoilani. Sungguh, ternyata ada begitu banyak makna yang terbiaskan di sekitar kita.
Rasulullah menyebut para penghafal Al Qur’an sebagai para pengandung Al Qur’an, bukan sekedar penjaga, karena –wallahu a’lam- seorang pengandung akan lebih berhati-hati dengan kandungannya. Ia akan terus memperhatikannya siang dan malam. Hatinya pun juga selalu memikirkan apa yang ia bawa, karena sungguh ia tiada ingin semuanya berakhir sia-sia, atau bahkan berujung nestapa.
Hammalatul Qur’an, seolah mengisyaratkan bahwa Al Qur’an adalah sesuatu yang harus ia jaga sepanjang hayatnya. Selayaknya bagi mereka untuk mencukupi asupan gizinya dengan terus mengulangsecaraberkesinambungan dan mengamalkannya dalam keseharian. Selalu ia jaga kandungan itu dengan vaksin keikhlasan, agar tiada berakhir dengan sesalan. Dan di akhir, ia berupaya untuk terus melahirkan generasi pembaharuan, yang rabbani lagi berakhlaq menawan.
Maka sungguh, adalah sebuah keanehan saat seorang yang mengandung Al Qur’an dalam jiwanya, tetapi dia masih terpukau dengan rumah yang megah. Sungguh, adalah suatu kemirisan tatkala seorang yang diberi amanah kalam Sang Kholik Yang MahaMulia, tetapi dia tersilaukan dengan dengan kendaraan yang mewah. Sungguh, adalah sebuah kesedihan ketika seseorang yang dijuluki asyrofu ummah, bahkan ahlullahiwakhosshotuhu, tetapi kebeningan hatinya mudah terhijabkan oleh gemerlap dunia dan perhiasan yang indah.

Bukan kesalahan untuk memilikinya, akan tetapi terlalu naif apabila semua hal itu dijadikan tujuan semata. Sungguh menjadi seorang hamilulQur’an adalah karunia tiada terhingga, nikmat yang tiada tara, yang memuliakannya di akhirat dan di dunia.Dan juga harus selalu kita ingat bahwasetiap amal yang bernilai tinggi bisa menjadi bumerang saat hati diniatkan bukan untuknya lagi. Sungguh, niat begitu penting, dan menentukan seberapa tinggi derajatnya di hadapan Sang Pemberi rizqi.

Hadits itu begitu masyhur. Ketika di hari kiamat kelak seorang Qari’ akan dihadapkan di depan Rabb-Nya. Ditunjukilah nikmat padanya yang terkarunia di dunia. Ia pun mengakuinya. Lalu ditanyalah ia oleh Sang Pemberi Karunia, “Amal apakah yang engkau kerjakan dengan nikmat-nikmat itu, wahai hamba-Ku?”
“Ya Rabb, sesungguhnya daku membaca Al Qur’an, mempelajari, dan mengajarkannya semata-mata hanya untuk-Mu.”
“Dusta, engkau belajar Al Qur’an hanya agar dikata engkau alim di antara manusia. Dan engkau membaca Al Qur’an semata-mata hanya agar engkau dikata sebagai seorang Qari’ oleh mereka. Engkau telah mendapatkannya, dan memang begitulah yang dikata manusia tentang dirimu.” Kemudian diperintahkanlah Malaikat untuk menyeret dan melemparkannya ke neraka.

Astaghfirullah. Maka kita harus lebih berhati-hati lagi, menjaga hati ini. Menjaga segumpal daging ini agar terus lurus menetapi jalan Ilahi. Selayaknya kita takut, karena sesungguhnya dalam hadist lain Rasul nan Mulia pernah bersabda, “kebanyakan munafik dari ummatku adalah para Qari’ mereka”

Ya Allah, kami berlindung pada-Mu dari perbuatan syirik yang nista. Maka, selayaknya bagi kita untuk terus mengulang hadist yang termaktub di akhir doa pertama dari kumpulan doa khotmilQur’an. “Waj’alhu lanaa hujjatan Yaa Rabbal ‘Alamin”. Duhai Rabbi, jadikanlah dia hujjah bagi kami.
Laa haula wa laa quwwata illa billah.
(terinspirasi dari tausiyah ustadzana Salim A Fillah)

NB: Artikel ini juga dimuat di majalah Al Huffazh edisi 9, "Al Quran, Bukan Prosesor Biasa"

Mar 16, 2016

Pakai hati


Biar saja hati rasanya teriris iris.
Biar saja amarah itu menghilang dengan sendirinya.
Aku memilih untuk berbaik-baik terus.
Meminta maaf sebagaimana orang yang paling bersalah..
Memohon kemaafan mereka satu persatu.
Menarik nafas dalam-dalam.
Dan..
Bismillaah..
Semua ini memang harus dihadapi pakai hati, pakai perasaan.
Ya, mendekati satu per satu, berkomunikasi, benar2 harus berlembut ria.

Ya Allah.. aku ingin belajar
Izinkan aku untuk terus memetik hikmah dari semua ini, dan jadi pembelajar hingga akhir hayatku

Pasca riweh khataman quran dan sesuatu lainnya
12 maret 2016

9:37 AM

Mimpi-mimpi

Kemarin pas kuliah farmakologi, prof. Muchsin kasih 1 analogi yang keren banget. Kata beliau:
Tubuh kita ini dahsyat banget. Kalau misalkan kita pengen lari kesana, jaras saraf yang dilewati impuls untuk memacu otot kita itu udah sampe kesana. Ke tujuan kita. tapi badan kita aja yang harus kerja keras. Musculus harus bekerja keras buat memindahkan badan kesana.

Dan kemudian aku tersentak. Analogi itu kaya analogi mimpi. Kalau kita udah berani mimpi, sebenernya kita udah sampai kesana. Hanya saja waktu dan raga butuh waktu untuk benar-benar menggapainya. Exercise yang dilakukan demi menggapai tujuan itu, dan semangat baja pantang nyerah. Coba aja, kalau kita berenti di tengah jalan, apa bisa badan kita sampai disana? Engga.

Jadi, jangan pernah berhenti mengejar bermimpi. Dan parahnya, jangan pernah takut bermimpi. Kalau takut netapin tujuan, maka kita sudah membunuh impuls kita yang seharusnya sudah sampai pada mimpi itu.

Sekian.


- Kereta Krakatau menuju jatinegara. 23 september 2015. H-1 idul adha

Feb 28, 2016

TENTANG RINDU

Ini tentang rindu seorang anak yang makin menjadi kala mendengar senandung ukhuwah:

Sahabat, tibalah masanya..
Bersua.. pasti ada berpisah
Bila nanti kita jauh berpisah
Jadikan robithoh pengikatnya
Jadikan doa ekspresi rindu
Semoga kita bersua di surga
(Senandung Ukhuwah – SYGMA)

Bahasanya sederhana, temanya klasik: tentang perpisahan, tapi pesan yang dibawa syahdu sekali: jadikan robithoh pengikat, jadikan doa ekspresi rindu. Dengan harapan di ujung nasyid: semoga kita bersua di syurga.
Begitu seringnya mendengar senandung ukhuwah ini, tapi baru sekarang benar-benar meresapinya.
Tak perlu teriak untuk bilang rindu.
Tak perlu merengek minta ditengok kawanmu nun jauh di sana.
Tak perlu ngambek karena kau tak pernah dikirim hadiah apapun oleh mereka.
Tak perlu iri melihatnya bisa main kesana kemari tapi tak bisa main ke daerahmu.

Diam saja. Biarkan robithoh dan doa yang jadi pengikat, moga dengannya Allah pertemukan kembali di satu kebahagiaan abadi, di Jannatal Firdaus. Moga dengannya, semakin kuat ikatan persahabatanmu dengannya. Doa, senjata kaum beriman kan? Maka jadikan ia sebenar senjata. Senjata yg siap diangkat ketika rindu membucah. Yang siap dikeluarkan ketika memori masa lalu dengannya kembali menyapa.


Doa. Dan dalam diam.

Feb 19, 2016

PERPISAHAN

Dan masa pun silih berganti
Ukhuwah, dan amanah tertunaikan
Berpeluh suka dan duka
Kita jalani semua
Semata-mata harapkan ridhoNya
Sahabat, tibalah masanya..
Bersua.. pasti ada berpisah
Bila nanti kita jauh berpisah
Jadikan robithoh pengikatnya
Jadikan doa ekspresi rindu
Semoga kita bersua di surga
(Senandung Ukhuwah – SYGMA)

Nasyid ini pertama kali diperkenalkan maulida. Teman sebelah kamar sekaligus teman duduk di rihlah terakhir kami sebagai santri arroyyan. Berdekat dengannya, membuatku ingat tentang amanah yg pernah kami emban bersama, di arroyyan, di biro fk. Dan kini, hampir tuntas kedua amanah itu. Kita harus berpisah untuk menunaikan amanah lainnya.

Amanah, ukhuwah, perpisahan.

Ya, akan tiba saatnya kita berpisah. Bukan berpisah lembaga lagi, tapi mungkin berpisah domisili.
Namun, ada 1 perpisahan penting yang harus kita siapkan dari sekarang.
Perpisahan yang pasti akan datang, perpisahan ruh dan jasad kita.
Perpisahan yang hidup dengan yang mati.

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. (Ali Imran : 185)

Tentang perpisahan yang pasti kita temui itu, sudah sejauh manakah persiapan kita?
Apakah persiapannya sudah seserius saat kita akan mengadakan satu acara besar? Apakah evaluasi kehidupan kita sudah sedetail evaluasi rapat besar?
Padahal hidup kita memiliki deadline berakhir yang pasti. Walau kepastian waktunya hanya diketahui Yang Maha Mengetahui.

“Orang mukmin yang paling utama adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang mukmin yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling bagus persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka semua adalah orang-orang cerdas (yang sesungguhnya, pent).” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan dinyatakan SHOHIH oleh syaikh Al-Albani rahimahullah di dalam Irwa’ul Gholiil no.682. Sedangkan di dalam Silsilatu Al-Ahaadiits Ash-Shohihah no.1384 beliau menilai hadits ini derajatnya HASAN dengan semua jalan periwayatannya).

Mari berlomba untuk jadi yang paling cerdas.
Bukan hanya ia yang siap menghadapi ujian karena planning belajar yg sangat matang.

Tapi juga ia yang ketika sampai waktunya berakhir, ia berani mengatakan dengan sepenuh iman: aku siap kembali padaMu Rabb..

MEMORI

Bismillaah..

Perjalanan rihlah menuju wonogiri kali ini ditemani nasyid yang membuatku teringat akan banyak hal. Dan entah, mungkin karena suasana safar, di dalam bis sedang ngga nyambi apa-apa juga selain dengerin nasyid, akhirnya setiap nasyid jadi punya memori sendiri..

Ketika dengar lagu-lagu Maher Zein, banyak sekali terkenang tentang CMBBS.

Tentang indah yang pertama kali memperkenalkan lagu I love you so. Yang dulunya kukira itu nasyid untuk pasangan, tp ternyata itu untuk Zat Yang Maha Cinta, Allah Subhanahu wa ta’ala.

Tentang rufaida yang begitu excited dan berkaca-kaca melihat video Number one for me.

Tentang kamar 105 yang suka sekali memutar maher zein di kamar. Tentang kamar kami yang masing-masing punya tujuan berbeda. Aku ke jepang, bepe ke farmasi, indah ke akuntansi, saroh ke desainer, sesil ke FK. Kamar yang di depan pintunya dengan pedenya menulis nama lengkap dan calon gelar yang kami inginkan. Kamar yang sering bikin nasi goreng bareng pakai magic com, yang wangi margarinnya memenuhi satu asrama. Kamar ini juga yang dipakai aku, esti, khaulah, ina, murni, untuk belajar pasca UN. Ketika satu asrama sepi ditinggal sebagian besar penghuninya, kamar inilah yang digunakan untuk belajar sampai larut, diskusi masa depan, dan becanda sampai sakit perut.

Atau  tentang lagu the chosen one yang mengingatkanku tentang kamar kedua di CM dulu. Kamar 105 masqod. Bersama sesil, oriehanna, anis, ukhti ipeh, ukhti raden, dan ukhti ____. Kamar yang ngasih surprise ultah di saat besoknya uas. kamar yang suka banget dibawain makanan sama mama orie bubur manado. Kamar yang di dalamnya aku melihat perjuangan belajar, tidur paling malam, bangun paling pagi kakak-kakak kelasku.

Mendengar tiap nasyid, dan menemukan tiap memori di dalamnya. Aku haru sekaligus sedih. Rabb, izinkan aku, izinkan kami memiliki memori indah di tiap halaman kalamMu. Izinkan kami langsung bergetar tiap ada ayat suciMu dibacakan. Seperti bergetarnya aku mendengar nasyid yang aku memiliki kenangan tentangnya.


Rabb, aku ingin memiliki kenangan di tiap halaman, di tiap surahnya, di tiap ayatnya. Perkenankan kami, Rabb :”)

- 7 Feb 2016, di perjalanan rihlah arroyan -