Sep 14, 2016

tentang kesiapan

Aku membayangkan.
Bagaimana bila ini menjadi perjalanan terakhirku?
Bagaimana bila salaman tadi adalah salam terakhirku?
Bagaimana bila izroil sudah sangat dekat, sudah siapkah aku?

Detik ini bila pertanyaan terakhir itu dilontarkan padaku, aku akan menangis dan berontak.
TAK SIAP.

Tapi, bila waktunya telah tiba, bergunakah kata tak siap itu?

Tak ada toleransi. Hidup ini keras.

Sama seperti ujian yang sudah terjadwal, bila waktunya tiba, maka menghadapi adalah satu-satunya jalan untuk bisa lulus.

Sungguh, di antara banyaknya persiapan, persiapan menghadapi kematian adalah hal yang sangat sangat sedikit sekali kulakukan.

Berbeda dengan UN SMP yang disiapkan satu tahun sebelumnya oleh sekolah dengan mewajibkan muridnya mengikuti bimbel sekolah.
Tak jauh beda dengan UN SMA yang mengadakan bimbel bahkan sampai larut malam.
Apalagi persiapan masuk kuliah dulu, kepengen-kepengennya dapet beasiswa. Segala hal diterjang dan dihadapi bahkan belajar bareng sampai setengah 1 malam sudah hal biasa.

Apa jangan-jangan, persiapan menghadapi fase-fase pendidikan ini lebih serius dibanding persiapan menghadapi kematian?

Illahi Robbi.. tuntun kami.
Tunjukkan kami. beri hidayah pada kami. agar kami bisa menjadi orang paling cerdas seperti yang disabdakan Rasul: yaitu orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik mempersiapkan kematiannya.


Taksaka malam, kursi 7(7C) 12 September 2016 9:03 PM

No comments: