Oct 21, 2015

Syuro~

Syuro selalu menghadirkan banyak rasa. Rasa lega, kecewa, dongkol, atau biasa-biasa aja. Tergantung bagaimana hati kita mencoba merasa. Tergantung seberapa tinggi kita meletakkan syuro itu di prioritas kegiatan kita. tergantung sejauh mana kita ingin tenggelam berpikir dalam di syuro itu.
Hari ini aku berangkat syuro tanpa berbekal apa-apa. aku hanya meniatkan untuk menemani kak titis. Aku hanya meniatkan agar kebaikan yang seharusnya tercipta, atau keputusan yang sepatutnya diputuskan; jangan sampai tertunda hanya karena syuro batal dengan alasan tak ada orang.

Bismillah. Aku niatkan berangkat.

Walau niatku tak sepenuhnya tulus, (aku masih berencana untuk nyambi belajar disana dengan membawa soal UB); ternyata Allah memberi balasan yang tak pernah kuperhitungkan.
“Allah kasih apa, ma?”

Allah kasih banyak sekali pelajaran hidup.

Tentang ketulusan kakak-kakak mengonsep acara untuk adik-adiknya. Yap. Tulus. Sepenuh pengorbanan. Sepenuh hati. Pengorbanan dan perhatian yang kuyakin akan sangat sulit bagiku untuk menduplikasinya.

Allah ingatkan aku mengenai firmanNya di Surah AnNisaa’ ayat 9: Dan takutlah pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka generasi yang lemah!

Hari ini, Allah biarkan aku merasakan cinta kakak pada adiknya.

Allah ingatkanku untuk bersyukur, karena telah ditetapkan berada di jalan ini.

Allah memintaku untuk selalu berhusnudzon sama adik-adik. Agar selalu membersamai mereka. Agar selalu memperhatikan mereka. Dan tak hentinya berprasangka baik, berharap Allah memberi hidayah, dan Allah tetapkan adik-adik itu pada jalan dakwah ini.

Membina itu… bukan tentang berapa banyak yang sudah paham. Tapi tentang berapa banyak yang bisa paham melalui perantara diri yg lemah ini


Poin pentingnya untuk hari ini sebenarnya: teruslah berniat baik. Teruslah perbaiki niat agar selalu ikhlas, semata-mata karena mencari ridhoNya, bukan yang lain. Terus, terus, dan terus. Ya, sesuatu yang terus-terusan itu sulit. Tapi akan semakin sulit jika tidak dilakukan terus. Keep istiqomah!

Aug 1, 2015

Jangan ada baper di antara kita

Pekan ini lagi dapat tugas langit untuk syiar MTQ Nasional di twitter dan facebookland.  Sebuah tugas mudah bila dilakukan oleh orang yang mengikuti acara MTQ, atau paling tidak, membersamai teman-teman delegasi UNS di MTQ Nasional. Sayangnya, saya tidak masuk salam 2 kategori di atas.
Saya tidak ikut MTQ sebagai delegasi UNS, saya juga tidak membersamai teman-teman delegasi. Saya hanya seorang anggota UKM Ilmu Qur’an yang sangat biasa, yang ingin syiar MTQ ini tersebar ke seantero dunia maya.

Akhirnya, minta tolonglah saya pada beberapa orang pendamping atau bahasa kerennya official yang membersamai teman-teman delegasi UNS. Minta tolong mereka untuk bisa update segala hal terkait MTQ melalui facebook dan twitter. Tapi nyatanya tak semudah itu minta tolong pada mereka. Sebab mereka juga membantu mengurus berbagai keperluan delegasi.

“anti ane masukkan ke grup WA kafilah MTQ UNS aja ya,” titah sang ketum akhirnya.

Jeg. Dalam hati menolak. Tapi akhirnya yang tertulis di layar tab cuma 1 kata pasrah: iya.

Berita demi berita akhirnya saya terima melalui grup whatsapp tersebut, untuk kemudian diolah lagi dan diteruskan ke fanpage dan twitter.

Awalnya baper, bawa perasaan. Ada iri terbit di hati. Rasanya ingin sekali jadi delegasi juga mewakili UNS. atau paling tidak menemani teman-teman. Rasanya ingin ada disana. Dan menerima berita-berita di grup itu, seolah membangkitkan kembali kenanganku tentang macam-macam lomba yang rajin kuikuti jaman SMA dulu. Sungguh sensitif sekali kala itu. Dasar perempuan~

Tapi, kita harus profesional. Mungkin kita tak ingin ditempatkan disana. Tapi ini amanah, dan ini adalah keharusan yang ngga boleh ditolak karna gagal mengelola perasaan.


Jadi, jangan sampai ada baper di antara kita ya. iya kita, aku dan kamu. Kamu, amanah itu. Sebab bila terus terus baper, amanahnya stagnant, harus dengan apa aku bertanggung jawab kelak?

Memilih Mimpi

Melihat cerita bahagia mbak ratna mengenai perjuangannya mendapatkan beasiswa monbusho, aku seperti melihat potret diriku, 2 tahun yang lalu. Ketika aku sangat bersemangat untuk meraih beasiswa di Jepang. Bedanya, mbak ratna lulus dan aku tidak.

Kemudian membaca cv beliau, ada sedikit iri terbit disana. Rasanya ingin menangis dan menyesal. Sebabnya? Dulu sudah sangat dekat sekali jalanku untuk punya publikasi, tapi aku tak kuat, dan memilih untuk berjuang di jalan lain.

Semua orang bisa bahagia, asal standar bahagianya jangan pakai standar bahagia orang lain – many people (termasuk kak syayma, kakak kece badai 1 kos).

Melihat kembali mbak ratna, dengan tumpukan publikasi dan presentasi, aku tahu ia telah bekerja sangat keras untuk itu. Karena pernah 1 meja kerja dengan beliau (walau hanya beberapa menit), pernah mengerjakan sedikit hal-hal yang beliau juga kerjakan. Pernah nonton kebahagiaan mbak ratna dan teman-teman 1 timnya yang sumringah atas keberhasilan kerja mereka. Yang pasti, aku belum kuat kalau harus berkutat dengan penelitian, sekuat mbak ratna. Dan karena itu, sungguh aku sama sekali ngga pantas untuk iri.

Akhirnya, semua kembali pada pilihan. Mau jadi seperti apa kita, mau mendapat apa, semua ditentukan oleh kita sendiri. So? Set your dream as high as you can, then work for it! Kalau tidak memilih mimpi, kapan kita bisa mulai bekerja di koridor (mimpi) yang benar? Kalau tak pernah punya mimpi, bagaimana mungkin akan ada kalimat ‘aku telah meraih impianku’ dalam hidupmu? J


btw, congratulation mbak ratna atas beasiswanya.. semoga berkah J

May 17, 2015

Lapis Lapis Keberkahan

Rabbi innii lima anzalta ilayya min khairin faqiir. Duhai Pencipta, Pemelihara, Pemberi rizqi, Pengatur urusan, dan Penguasaku; sesungguhnya aku terhadap apa yang Kauturunkan di antara kebaikan amat memerlukan.”
Karena desakan hajat yang memenuhi jiwa, sebab keinginan-keinginan yang menghantui angan, kita lalu menghadap penuh harap pada Allah dengan doa-doa. Sesungguhnya meminta apa pun, selama ianya kebaikan, tak terlarang di sisi Yang Maha Pemurah lagi maha Penyayang. Bahkan, kita dianjurkan banyak meminta. Sebab, yang tak pernah memohon apa pun pada Allah, justru jatuh pada kesombongan.
“Kita dianjurkan untuk meminta kepada Allah,” demikian Dr. ‘Umar Al-Muqbil menggarisbawahi tadabbur atas doa Musa setelah menolong dua gadis Madyan itu, “baik hal kecil maupun hal besar.” Dalam kisah ini, sesungguhnya Musa yang kelaparan hendak meminta makanan. Cukup baginya seandainya dia meminta jamuan kepada orang yang telah diberinya jasa. Cukup baginya, sekiranya dia mengambil imbalan atas kebaikannya.
Tetapi Musa mengajarkan kita 3 hal penting dalam doanya. Pertama, bahwa hanya Allah yang layak disimpuhi kedermawanan-Nya, ditadah karunia-Nya, dan diharapi balasan-Nya. Mengharap kepala makhluq, hanyalah kekecewaan. Meminta kepada makhluq, hanyalah kehinaan. Bertimpuh pada makhluq, hanyalah kenistaan.
Apa pun hajat kita, kecil maupun besar, ringan maupun berat, remeh maupun penting; hanya Allah tempat mengharap, mengadu, dan memohon pertolongan.
Pelajaran kedua dari Musa adalah adab. Bertata krama pada Allah, pun juga di dalam doa adalah hal yang seyogiayanya kita utamakan. Para ulama menyepakati tersyariatkannya berdoa kepada Allah dengan susunan kalimat perintah, sebagaimana banyak tersebut dalam Al-Qur’an maupun Sunnah. Ia benar dan terbolehkan. Tetapi contoh dari beberapa Nabi dalam Al-Qur’an menunjukkan ada yang lebih tinggi dari soal boleh atau tak boleh. Ialah soal patut tak patut. Ialah soal indah tak indah. Ialah soal adab.
Maka demikian pulalah Musa ‘Alaihissalam. Dia tidak mengatakan, “Ya Allah, berikan.. Ya Allah, turunkan.. Ya Allah, sediakan..”. Dia merundukkan diri dan berlirih hati,”Duhai Rabbi; Penciptaku; Penguasaku, Penjamin rizqiku, Pemeliharaku, Pengatur urusanku, sungguh aku, terhadap apa yang Kauturunkan di antara kebaikan, amat memerlukan”.
Yang ketiga, bahwa Allah dengan ilmu-Nya yang sempurna lebih mengerti apa yang kita perlukan dan apa yang baik bagi diri ini daripada pribadi kita sendiri. Musa menunjukkan bahwa berdoa bukanlah memberitahu Allah apa hajat-hajat kita, sebab Dia Maha Tahu. Beroda adalah bincang mesra dengan Rabb yang Maha Kuasa, agar Dia ridhai semua yang Dia limpahkan, Dia ambil, ataupun yang Dia simpan untuk kita.’’

Maka, Musa tidak mengatakan, “Ya Allah, berikan padaku makanan”. Dia pasrahkan karunia yang dimintanya pad ailmu Allah Yang Maha Bijaksana. Dia percayakan anugerah yang dimohonnya pada pengetahuan Allah Yang Maha Dermawan. Dia pun mengatakn, “Rabbi, sungguh aku, terhadap apa yang Kauturunkan di antara kebaikan, amat memerlukan”. 


dikutip dari Lapis-lapis Keberkahan, Salim A. Fillah halaman 33-35

May 3, 2015

Manasik

Alhamdulillah..
2 hari ini (ga ada 2 hari sih, dari kemarin siang sampai ahad pagi), Allah berbaik memberiku kesempatan untuk jadi tim medis di acara manasik haji IPHI di Asrama Haji Donohudan, Ngemplak. Sesuatu sama sekali tak pernah kurencanakan. Bahkan sebenarnya nyaris ngga jadi berangkat karena tumpukan laporan dan hujan deras. Tapi Alhamdulillah akhirnya berangkat juga..

Job nya ngga banyak. Kalau ditanya ngapain aja, yaa kebanyakan kegiatan kita sebenernya cuma makan :3

Jadi kita mengiringi kegiatan jama’ah. Sama pas malem kita juga gelar meja buat yang pengen di cek tekanan darahnya sama minta obat/vitamin. Tadinya sempet ada rencana untuk visit ke kamar-kamar jama’ah, tapi dokter nanik sudah terlalu lelah.. jadi yaa ngga jadi..

Yang membuatku terharu dan berkali-kali ingin menangis adalah ketika aku membersamai para jama’ah. Dalam thowafnya, wukuf di arafah, ambil batu di muzdalifah, ke mina, lempar jumroh. Ya Rabb.. rasanya aku ingin sekali melihat ummi abi mbah, kita semua sekeluarga ada disana. Berpakaian putih-putih, memenuhi panggilanMu.. :’’)

Trusnya lagi, yang bikin kegiatan 2 hari ini menyenangkan, karena kita dibersamai dokter yang sangat bersemangat, Ibu Dokter Nanik :’) Dokter Nanik memberi instruksi dan pengarahan ini itu, minta ini itu, jadi berasa lg coass :”) dan beliau juga cerita banyak seputar pengalamannya jadi dokter pendamping jamaah Haji, dan itu sesuatu banget.. beliau juga ngasih wejangan ke kita, supaya kita naik haji di saat kita masih muda.. supaya kita juga cepet-cepet daftar buat jadi dokter pendamping jamaah haji.. nggeh dok.. doakan ya dok :”)


Well, kapan kita sekeluarga mengunjungi Kakbah? Mari menggenapkan keislaman kita :”)

Apr 21, 2015

ON FIRE

Karena jihad berarti mengorbankan segala takutmu, dan berusaha sebisa mungkin untuk menghadapi satu demi satu, dengan  kepala tegak.
Aku bukan tak takut,
Rasanya aku ingin berhenti dan pergi saja dari semua ini.
Semua darah
Semua tindakan yang membuatku mual
Tapi, begitulah jihad.
Semua perjuangan tak ada yang tak melelahkan
Sebab semua perang pasti punya sakitnya

And here I am.
Menikmati segala mual dan lelahku di dunia ini.
Entah Allah punya kejutan apa untukku,
Yang pasti, aku tak boleh menyerah dan berhenti berjuang.
Aku takkan menyerah mempelajarimu duhai anatomi, fisiologi, dan semuanya.

I will never give up.
Ilmu ini kecil bila Allah menghendakiku menguasainya.
Bismillah..
Allahu Rabbi, bersamai aku, ridhoi setiap langkahku, dan kuatkan aku menghadapi semua ini. Sebab bila tak Kau kuatkan, aku akan tertiup bagai debu-debu yang tak terlihat.


-         -  Finding new spirit, setelah mual2 menghadapi kulpeng purperium 21 april 2015 9:21pm. On fire menghadapi UB URO, bismillah :’)

Apr 7, 2015

Pilu adalah

Pilu adalah
Ketika kamu masih bertanya-tanya
Aku siapa?
Aku mau kemana?
Pantaskah aku disini?

Pilu adalah
Ketika segalanya bertumpuk jadi benang kusut
Bingung harus bilang ya atau tidak

Sedih
Ketika segalanya dikorbankan demi hafalan,
Tapi segala yang lain jadi menumpuk

Ujungnya, hafalan tergadaikan

Apr 4, 2015

KAJIAN AKBAR MUSLIMAH HUMAIRA

Pembicara: Teh Ninih Muthmainnah
Tempat: Masjid Fathimah Solo
Waktu: 4:25 pm 4/4/2015

1.      Al-Ikhlas 3x , doa khatmil Qur’an
2.      1 yg harus kita syukuri adalah mukjizatnya Nabi Muhammad: Al-Qur’an. Walaupun lahirnya jauh, bukan disini, tapi sekarang kita dengan mudahnya menemukan Al-Qur’an. Maka tanda syukur kita adalah keinginan untuk menjadi keluarga Qur’ani, keluarganya Allah. Sebab yang bisa ketemu Allah adalah keluarganya Allah :’’
3.      Ayat kauniyah. Membaca tanda-tanda kekuasaan Allah dari yg lain (bukan dr ayat langsung). Kisah imam Ghazali yang dititipkan ke ulama tasawuf. Ihya ‘ulumuddin. Di akhir hayatnya, ia memeluk kitab Bukhari. Intinya, ilmu2 yang dititipkan ke beliau ngga sebanding sama yang Allah titipkan ke Nabi dan Rasulnya.
4.      Ciri keluarga Qur’ani ada 3:
1) Tujuan keluarga adalah akhirat (Ar-Ra’du:23-24)
( 23 )   (yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;
( 24 )   (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.
Kalau keluarga tujuannya dunia, lihat aja gaya hidupnya oranng-orang barat. Bahagia ia, tapi seret.
Bisa saja dalam sebuah keluarga, ada yang hafal Qur’an tapi belum tercermin dalam kepribadiannya. Ada juga belum ada yang hafal, tapi tadabbur Qur’annya oke. Yang ideal ya hafal dan perilakunya tercermin Akhlak Qur’an.
Ibunya, walaupun ngga hafal 30 juz, tapi mensupport anaknya seperti ibunya Imam Syafi’i. yuk tadabur Qur’annya yg rajin :’’
2) Di rumahnya penuh ketentraman
Tak peduli harta sebanyak/sesedikit apa, tapi keimanan dalam keluarganya utuh. Sebab nikmat terbesar dalam hidup adalah nikmat keimanan dan ketaatan.
Anak-anaknya sudah bikin adem?
Pertanyaannya coba dibalik ma, kehadiranmu sudah bikin adem ummi abi belum? :’’
Kalau rumahnya belum tentram, berarti ada yang salah
3) Bermanfaat untuk orang lain
            Siapa keluarga yang paling bermanfaat? Keluarga Rasulullah..
5.      Membaca, memahami, mengamalkan, mendakwahkan, menghafalkan.
M 1-3 itu fardhu ain. 4-5 fardhu kifayah.
Barangsiapa yang di dalam rumahnya tidak ada Qur’an, maka seperti makam – Alhadits.
Ibunya melakukan 1-5, juga mensupport penuh anaknya untuk hafal. Ruh Qur’an ibunya masuk ke jiwa anak.
Baca Qur’annya pakai  hati, yakin sedang berdialog dengan Allah. Kalau lagi sholat, baca alfatihahnya sambal mikirin apa?

Tanya jawab
1.      Bagaimana cara  memotivasi anak  agar ia tidak tertekan/ merasa terpaksa untuk menghafal?
Anak itu melihat dan merasa.. ketika menuntut anak untuk menjadi penghafal Qur’an, harus dicoba dari diri sendiri. Usaha, lakukan mulai dari diri sendiri. Urusan taufiq itu urusannya Allah. Yang penting niat kita lurus, usahanya ada, semata2  untuk mengejar ridho Allah. Bukan untuk berbangga-bangga. Anak yang hafal Qur’an juga adalah ujian.. sebab pribadi dan akhlaknya juga harus mencerminkan Qur’an. Anaknya, jangan dipaksa….




yang paling butuh

sejatinya kamu adalah yang paling faqir ilmunya. yg kemungkinan paling banyak salahnya sebab kau yg paling banyak bersua. sejatinya kamulah yang membutuhkan mereka. staff dan adik2. sebab kamu hanya butiran debu. kamulah yg sedang ditraining untuk memimpin mereka

Apr 1, 2015

mengerti

Sejatinya, kesedihan dan kebahagiaan setiap manusia sudah Allah tetapkan sejak kita belum menatap hiruk pikuknya dunia ini.
Maka, tatkala ada badai yang memporak porandakan hatimu, tersenyumlah setegar yang kau bisa. Percayalah, segala badai ini adalah ketetapan Illahi.
Dan yakinlah, selalu ada hikmah yang harus dipetik, bukan dibiarkan berserak begitu saja.

-          20 maret 2015 / 11:28

everyone is special

Setiap manusia Allah ciptakan spesial. Ada yang spesial lahirnya, ada yang menawan batinnya, ada yang cemerlang otaknya, atau paduan ketiganya.
Tapi, di balik semua kelebihan yang Allah berikan, Allah titipkan kekurangan pada manusia. Tak lain agar mereka bisa saling mengisi.
Begitu pula dirimu. Kau tak sempurna. Kau lemah dan tak mampu disana-sini. tapi bukan berarti kau tak punya kelebihan, ma!
Kenali potensimu. Kenali dirimu. Kekuatanmu, kelemahanmu. Sebab kamulah yang akan bertanggung jawab pada dirimu. Dan sudah semestinya kamu yang mengetahui segala hal terkait dirimu.
Tak perlu iri dengan nikmat yang Allah karuniakan pada mereka. Sungguh tak perlu kau iri. sebab sejatinya, kebahagiaanmu sudah tertulis di Lauh Mahfudz. Pena diangkat, dan tinta telah kering.
Bersyukurlah! Karena bisa mengenali mereka.
Bersyukurlah atas apa yang kau miliki saat ini, bukan pada karuniaNya yang blm dititipkan padamu.
Bersyukurlah! Sebab bisa bersyukur adalah satu karunia yang tak bisa terbeli oleh apapun.
Berdoalah untuk mereka yang mendapat karuniaNya. Berdoalah, agar keberkahan selalu mengiri mereka.
Kenalilah, iri dan dengki akan membumihanguskan amal-amalmu.
Astaghfirullahal’adziim :’’

Mar 19, 2015

lagi-lagi anatomi

Akhirnya setelah berkali-kali gagal nulis, kendala sok sibuk dan sebagainya; akhirnya hari ini, tumpah semuanya.
Ya, tumpah.
Dan bisa dipastikan semua tumpukan ini harus meledak karena 1 kata: anatomi.
Ya Allah, ga bosen apa ya asisten2nya ngemerahin nilaiku?
Capeeeeeeeeeek :’’
Rasanya pengen berhenti. Pengen udahan.
Mau nangis. Mau teriak.
Aku tahu.
Aku tahu walaupun aku bisa mengerjakan, Allah memang punya ketetapannya.
Aku tahu, dari semua ketidak enak, kesedihan, dll ini, Allah sudah menyiapkan satu pembelajaran untuk kupetik.
Tapi kenapa segalanya sulit sekali diterima?
Benar kata orang-orang, jadi muslim yg taat dan ikhlas itu sulit, sebab kakinya berpijak di tanah tapi matanya harus bisa nerawang sampai akhirat. Melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat di dunia. Melihat hikmah yang sebenarnya berserakan dari segala ketetapanNya ini.
Ya sudahlah ma, memang kamunya perlu belajar lagi kan..
Lagipula, mungkin walaupun  kamu tahu jawabnya, mungkin saja tanganmu salah menggoreskan kata. Mungkin saja urutan nomormu tak benar. Dan mungkin saja kamu salah ingat.

Ya Allah kuatkan aku,  tuntun aku agar segera ikhlas menerima segala ketetapanMu :’’

Mar 3, 2015

tulisan yang tak pernah terkirim

CINTA ITU NYATA

Hari paling indah adalah hari ketika kamu sadar bahwa kamu telah dilahirkan dari pernikahan suci. Hari ketika kamu tahu bahwa kamu pernah berada di Rahim seorang shalihah yang tetap beri’tikaf di malam Ramadhan tanpa mengeluh betapa beratnya mengandungmu. Ketika kamu menyadari bahwa tangis pertamamu di dunia adalah kebahagiaan bagi semua orang.
Hai anak-anak singa, pernahkah kalian menyadari betapa beruntungnya jadi anak-anak singa?
Pernahkah mensyukurinya?
Jika cinta itu kecil, akan mudah terlihat. Jika cinta itu sangat besar, sebenarnya sangat sulit dilihat – In Hae dalam Good Doctor.
Adakah dari kita yang sangat sulit melihat betapa besar cintanya ummi dan abi pada kita, anak-anaknya?
Adakah kita lupa, bahwa karena cintaNya pada kita, Ia tetapkan kita lahir pada keluarga yang tak hanya sekedar mencari makan dan minum tapi juga menyebarkan kehangatan ke seantero negeri melalui dakwah?
Adakah mata kita yang tak melihat atau mata hati kita yang tertutup?
            Maka sebenarnya, bukan karena besar atau kecilnya cinta yang menjadikan kita sulit melihatnya. Sesungguhnya, masalahnya ada pada mata batin kita yang terkadang tertutupi oleh awan-awan prasangka dan dosa, yang karenanya, jadi sulit bagi kita untuk menerima dan memahami cinta-cinta tulus yang diberikan ummi dan abi kita.
            Ummi dan abi sibuk terus. Mereka bahkan nggak punya hari Ahad untuk anak-anaknya!
           
            Padahal kerjanya ummi dan abi tak hanya kerja dunia. Peluh mereka tak hanya untuk menyekolahkanmu sampai kau bisa kerja dan punya rumah. Lebih dari itu, mereka berjuang agar bisa persembahkan rumah untukmu dan adik-adikmu di Firdaus-Nya kelak. Tak perlu istana, cukuplah rumah, namun lengkap dengan anak-anaknya, berkumpul di Jannah-Nya, bertetanggakan Rasulullah dan para sahabat; mungkin adalah pinta yang tak putus ditangiskan mereka di tiap tahajjudnya.
            Karena ummi dan abi bukan hanya milik kita, mereka juga milik ummat. Amanahnya bukan hanya kita, darah dagingnya. Tapi orang-orang di luar sana yang juga memiliki ikatan yang sama kuat bagai ikatan darah, saudara sesama muslim.
            Ummi dan abi memang bukan siapa-siapa. Hanya manusia biasa yang banyak khilafnya. Tapi cinta mereka untuk dakwah ini begitu sempurna. Mereka bukan orang-orang pertama yang mengawali dakwah ini. Walau mereka tidak terkenal, kuyakin, mereka sama-sama tak ingin jadi pemutus perjuangan ini. Karena itu, dengan segenap asa, mereka berusaha sekuat tenaga untuk melangkah di jalan ini. Mengejar ketertinggalan mereka dengan assabiqunal awwalun dakwah di bumi pertiwi ini.
            Biarlah nama mereka tak tertulis dimana pun. Biarlah perjuangannya tetap jadi perjuangan sunyi, yang tak menarik untuk dijadikan berita dan kejaran para wartawan. Dan biarlah hanya Allah saja yang membalas perih dan letih ummi abi.
            Kita tak perlu berteriak betapa bangganya kita pada ummi abi. Sebab sakit rasanya bila berteriak bangga padahal kau menangis dalam hati karena tak pernah memiliki ummi dan abi di hari Ahad. Miris rasanya harus berteriak-teriak ‘kami bangga, kami bangga,’ padahal kita sama-sama pernah mengeluhkan ‘pekerjaan akhirat’ ummi dan abi.

            Hidup bukan untuk membangga-banggakan sesuatu. Karena sejatinya kita di dunia ini tidak memiliki apa-apa, maka tak pantas untuk membanggakan sesuatu yang bukan milik kita. Ummi abi dan segala yang ada di dunia ini adalah milik Allah, yang suatu hari nanti akan menghadap  Allah satu persatu. Kita pun juga bukan milik ummi dan abi seutuhnya. Kita hanya titipan, amanah yang Allah berikan untuk ummi dan abi. Yang suatu hari nanti juga akan menghadap Allah. Maka, atas segala hal yang sementara ini, marilah kita saling bersyukur atas sekecil apapun nikmat Allah. Bersyukur karena Allah telah pilihkan ummi dan abi yang luar biasa, yang tak hanya mendidik anak-anaknya tapi juga mendidik umat. Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah, Rabb semesta Alam..

***

tulisan di atas adalah tulisan yang tadinya dibuat untuk sebuah lomba cerpen. Qodarullah, aku kelupaan ngirimnya, Dan begitu nama-nama finalis keluar, sadarlah aku bahwa tulisan yang 1 ini memang belum sempat terkirim :''
It's okay, Allah punya rencana terbaikNya. Dan mungkin takdir tulisan ini memang hanya untuk konsumsi pribadi (saja) *smile

Mar 2, 2015

sepele

Makasih yaa sudah jadi malaikatku hari ini..
Biasa aja keles, kamu juga selalu jadi malaikatku :’’

Indahnya persahabatan dalam balutan keimanan.
Dimana segalanya dikorbankan bukan demi kepentingannya.
Sepele, hanya bantu mengantar saat mepet masuk.
Tapi ternyata, yang sepele-sepele ini bila dipelihara, akan melahirkan ikatan yang mengharukan.

Ah sungguh, kita tak tahu kan jalan mana yang akan mendekatkan kita pada JannahNya. Sungguh pula kita tak sadar bahwa ternyata, doa-doa sahabat kita lah yang dikabulkan lebih dulu, dan berefek pada mudahnya segala urusan kita.

Uhibbukum fillah :’)

Feb 24, 2015

Begitulah

Betapa sering kita hidup di dua kondisi yang sangat berlawanan. Di satu sisi kita sering tidak siap dengan keputusan-keputusan Allah yang mengejutkan. Tetapi pada saat yang sama, kita juga malah merasa aman dari rencana dan makar Allah yang mengejutkan. Dengan kata lain, kita takut tetapi kita tidak menyiapkan diri. Kita khawatir tentang kesudahan nanti, tetapi kita tidak mau menabung kebajikan. Kita sangat ngeri, tetapi kita tidak membekali diri. Begitulah.

(Ahmad Zairofi AM dalam Lelaki Pendek, Hitam, dan Lebih Jelek dari Untanya)

Feb 9, 2015

SUKA ATAU TIDAK, KESALAHAN AKAN TERBAYAR


Kebanyakan kita, tak suka bicara soal kesalahan. Tidak selalu karena kita lebih memilih kebaikan. Kadang, memang itu alasannya. Tapi tidak selamanya. Kebanyakan kita tak suka bicara kesalahan, sebab ada ambiguitas di sana. Kita benci kesalahan, tapi toh kita tetap melakukannya juga. Dalam bentuk yang beraneka rupa.
Kadang kesalahan itu kita jalani dengan sadar. Sesekali batin kita berperang. Tapi kita lantas menyerah kepada keadaan. Seakan kesalahan adalah kekuatan asing dari luar diri kita. padahal kita sendiri pelakunya. Seakan kesalahan itu sendiri lebih perkasa dari karunia kehendak yang diberikan Allah di dalam jiwa kita. Kita diam, pasrah, dan berputar dari lingkaran kesalahan yang satu ke lingkaran kesalahan yang lain. Begitupun kita masih mencoba menghibur diri. Dengan pembenar-pembenar semu. Bahwa ini semua soal pilihan hidup.
Kesalahan telah ada dari dahulu, sejak kali pertama manusia diciptakan. Tetapi cara pandang kita tentang kesalahan, mengalami begitu banyak perubahan. Ada bertingkat-tingkat fase dimana manusia melakukan revolusi pemaknaan terhadap kesalahan.
Begitu Adam sadar dirinya salah, seketika ia membayar kesalahan itu. Bertaubat, memohon ampun, dan yang lebih penting, ia menyadari bahwa dirinya salah. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah:37)
Tetapi hari ini, kesalahan bukan sekadar “kecelakaan” atau ketidaksengajaan. Saat orang dengan lugu dan tanpa ilmu menerobos tabu. Hari ini kesalahan telah berevolusi menjadi cita-cita. Kesalahan adalah puncak “ikhtiar”. Kesalahan adalah seni, kreativitas, budaya, dan semua uji teknologi. Kesalahan adalah kesengajaan yang dibanggakan.
Orang-orang yang tidak peduli dengan kesalahan yang dengan berani melanggar aturan, mereka bukan orang hebat. Ada ketidakberdayaan tersembunyi di sana. Akan tiba suatu hari, bahwa semua kita tak lebih hanya orang-orang lemah. Terlalu banyak kekuatan lain yang tak bisa kita lawan. Seperti sakit, keriput wajah yang menua, tulang belulang yang rapuh, daya ingat yang kosong, dan tentu saja kematian yang menghentikan.
Layaknya kaca yang bening, kesalahan bagi kehidupan adalah bintik-bintik debu, atau tetes-tetes noda, atau bahkan gumpalan-gumpalan kotoran. Maka kesalahan selalu saja mengotori kebeningan, menodai kejernihan, dalam dimensinya yang luas. Karenanya, kesalahan harus dibersihkan seperti dijelaskan Rasulullah, “Sesungguhnya seorang manusia, jika ia melakukan dosa maka di hatinya akan tercoreng warna hitam, dan jika ia meninggalkan perbuatan dosa itu serta bertaubat darinya, maka hatinya kembali bersih. Jika kembali melakukan dosa itu, maka hitamnya akan ditambah hingga menutupi seluruh hatinya, itulah tutupan yang disebutkan Allah dalam firman-Nya, sama sekali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (HR Tirmidzi).
Pada sebentuk kesalahan, selalu ada yang terkurangi dari  hak diri sendiri atau orang lain. Atau terdzalimi, atau terugikan. Kesalahan, sejatinya, adalah cacat yang mengurangi bobot dari sisi tertentu kehidupan kita. Maka kesalahan selalu meninggalkan hutang. Setidaknya hutang kesalahan itu sendiri di mata Allah SWT.
Hutang kesalahan itu harus dibayar. Begitulah peraturannya. Bahkan di komunitas orang-orang yang tak meyakini Tuhan sekalipun, mereka percaya prinsip itu. Orang-orang primitif dahulu karenanya, punya cara sendiri bagaimana menebus kesalahan itu. Najis dan kotoran dalam ajaran Yahudi dahulu, harus dibersihkan sekaligus dengan tempatnya. Bila mengenai kain harus dipotong kainnya. Bila mengenai kulit harus dicungkil kulitnya. Dosa-dosa tertulis di pintu masing-masing. Tidak ada rasionalisme di sana. Yang ada bahwa segala yang kotor harus dibersihkan. Meski itu harus mengorbankan nyawa mereka. Tapi itu setidaknya lebih elegan secara kemanusian, dari orang-orang sekarang. Yang tak sudi membayar kesalahan.
Tak ada kedigdayaan absolut pada diri kita. Kita hanya makhluk Allah, ciptaan-Nya. Di atas bumi-Nya kita berpijak. Kita lahir dan ada karena kehendak-Nya. Bahkan kita sendiri tak bisa memilih untuk ada atau tidak ada, untuk menjadi lelaki atau perempuan sejak semula. Lalu, dengan tertatih kita belajar tentang wujud, tentang ganjaran, dan akhirnya kepada Allah pula kita kembali. Maka, mungkinkah kita bisa lari dari membayar kesalahan?
Sejatinya kita akan membayar kesalahan itu, kelak, suka atau tidak suka. Tetapi membayar kesalahan selagi di sini, di dunia ini, adalah pilihan bagi orang-orang dewasa. Mereka lebih memilih menjadi pemberani, membayar hutang kesalahan itu di sini. Sementara para pengecut dan orang-orang yang berjiwa kekanak-kanakan, selalu punya segudang alasan untuk menunda membayar kesalahan.
Di sini, di dunia inilah sesungguhnya tempat yang paling memungkinkan kita membayar kesalahan. Jangan menunggu kehidupan di akhirat kelak, ketika segalanya sudah tidak memungkinkan lagi. Ketika sangat sulit bagi kita membayar kesalahan itu, kecuali dengan cara yang tidak akan kita sukai. Sebab di sana kita harus membayarnya dengan terpaksa, dengan cara yang tidak enak. Dengan azab dan siksa, kecuali Allah mengampuninya.
Mereka yang menganggap kesalahan adalah kebebasan berperilaku hari ini, sementara yang nanti adalah nanti, sesungguhnya orang-orang lemah. Mereka haya menunda penyesalan, dan menumpuknya menjadi malapetaka di kemudian. Sebab matahari belum berhenti, selalu ada hari baru, usia baru, dan itu artinya hidup kita semakin jauh banyak yang berlalu. Mereka telah kalah dengan cara yang tidak terhormat.
Kita mungkin tak suka bicara soal kesalahan. Sebab ada pertarungan di sana. Nurani kita yang jujur menginginkan jalan kebaikan. Tetapi hawa nafsu kita yang angkuh menginginkan jalan keburukan. Di ambang batas antara kejujuran dan keangkuhan itulah dosa dan kesalahan bertarung. Melawan suara hati yang polos dan sejalan dengan fitrah.
Maka, di sini, di dunia ini, bayarlah kesalahan-kesalahan kita. Selagi masih ada nafas. Selagi mata belum terlelap. Sebab toh suka atau tidak suka, kesalahan pada akhirnya akan terbayar juga. Kelak, di hari segala amal ditimbang dan diberi pembalasan seadil-adilnya.
(Ahmad Zairofi AM dalam Lelaki Pendek, Hitam, dan Lebih Jelek dari Untanya)

Feb 5, 2015

memaafkan

Dan memaafkan adalah perkara paling sulit untuk dilakukan.
Ammah, kenapa sulit sekali memafkan orang?
Sebab setan mencari teman dek :-)


Jawaban singkat yang membuatku merinding :''

Hafidzoh~

Hibur nabi dengan cinta Quran. Jangan diacuhkan apalagi disepelekan.


Harusnya bersibuk dengan Quran adalah kebanggaan. Apakah kebanggaan hny krn memakai jas bem atau jas asieten lab? Tidak, ma!! Qur'an ini jauh lebih berharga dan lebih utama untuk kau selesaikan terlebih dulu. Katanya mau selesai 2016, ayo buktikan!

Jan 22, 2015

hidup

“Apakah hidup memang sesulit ini?” tanya In Hae, bocah cantik dalam Good Doctor.

Pertanyan In Hae itu bagai diputar keras-keras  dan terdengar berkali-kali di telingaku setiap kali aku merasa tak mampu hadapi rentetan masalah ini.

Hidup tak sulit, tapi memang beginilah adanya. Sikapmu yang jadi penentu, akan seperti apa kau di hari esok. Akan jadi dokter yang bagaimana? Akan jadi hafizhah yang seperti apa?

Memang seperti itulah hidup. Dan memang begini jatah hidupmu, yang sudah tentu harus kau syukuri. Ingat kan perjuangan dakwahnya Nabi dan para sahabat? Yang ditimpa bertubi-tubi cobaan hatta mereka merasa ga sanggup, dan Nabi berkata: istirahat nanti, ketika kaki menapak Jannah.

Pahamilah ma! Segala-galanya ini, untuk membayar itu. Cobaan ini, perih ini, derita ini, ayo konversikan itu jadi rasa manis kehidupan. Seperti Nabi yang kakinya bengkak ketika shalat, namun tak dirasa lagi sebab cinta pada Allah.


Mungkin Allah rindu dengan tangismu, dengan sendumu, dengan tawakkalmu padaNya. Maka Allah cabut nikmat libur cepat-cepat. Ada hadiah yang menantimu sayang, jangan putus asa dengan rahmat Allah okey ;)

Jan 1, 2015

sp neuro (:

Sedih.
Bagai diguyur air es begitu melihat nim 043 mejeng di daftar remedial blok saraf.
Rasanya ngga ingin balik ke solo secepat ini, sedangkan beberapa jam yang lalu kakiku belum sempat menginjakkan kaki di rumah.
Rasanya aku ngga mau ikut remedial.
Dan rasanya iri betul melihat dirinya di atas angina karena lolos dari remed 4 blok.
Duh mimpi apa si langganan remed ini bisa libur cepat2?
Astaghfirullahal’adziim.. innalillahi wa inna ilaihi rooji’uun.. laa hawla walaa quwwata illa billah..

Mungkin memang harus begini caranya. Begini caranya Allah memperingatkanmu akan leha-leha yang kau lakukan ba’da UB saraf.
Mungkin ini caranya Allah untuk menghentikkan leha-lehamu di liburan ini.
Bangun ma!
Mimpi apa sih kamu bisa leha-leha pas liburan gini?
Murojaah ma! Banyak betul yang harus kau murojaah!
BANGUN!
Terima caranya Allah ini dengan ikhlas.
Dan jangan cengeng!
Ga ada ceritanya kena remed doang nangis.
Allahummaghfirlii yaaAllah..

Berpisah dengan bekasi, dengan liburan aja rasanya berat banget yaRabb..
Gimana kalau Allah perintahkan jasad dan ruh ini berpisah?
Sudah siapkah?
Datangnya ndadak, lebih ndadak daripada pengumuman remidi neuro.
Dan kamu ga bisa bantah ma!
Kematian akan datang.
Tidak menunggu kesiapanmu dan orang2 terdekatmu.
Ia akan memisahkan ruh dan jasadmu.
Tak peduli kau sedang bertaat atau bermaksiat kala itu.
Duhai Rabb, bila kehidupan di dunia ini hanyalah tempat singgah, hanyalah sebentar sebagaimana jeda antara adzan dan sholat, maka jadikan kami hamba2 visioner, yang selalu bervisi akhirat di atas segala perkara dunia ini. Jadikan peluh belajar, tangis kesulitan sebagai jalan jihad menuju JannahMu..

Ya Allah jadikan dunia di tanganku dan bukan di hatiku :’’