May 17, 2015

Lapis Lapis Keberkahan

Rabbi innii lima anzalta ilayya min khairin faqiir. Duhai Pencipta, Pemelihara, Pemberi rizqi, Pengatur urusan, dan Penguasaku; sesungguhnya aku terhadap apa yang Kauturunkan di antara kebaikan amat memerlukan.”
Karena desakan hajat yang memenuhi jiwa, sebab keinginan-keinginan yang menghantui angan, kita lalu menghadap penuh harap pada Allah dengan doa-doa. Sesungguhnya meminta apa pun, selama ianya kebaikan, tak terlarang di sisi Yang Maha Pemurah lagi maha Penyayang. Bahkan, kita dianjurkan banyak meminta. Sebab, yang tak pernah memohon apa pun pada Allah, justru jatuh pada kesombongan.
“Kita dianjurkan untuk meminta kepada Allah,” demikian Dr. ‘Umar Al-Muqbil menggarisbawahi tadabbur atas doa Musa setelah menolong dua gadis Madyan itu, “baik hal kecil maupun hal besar.” Dalam kisah ini, sesungguhnya Musa yang kelaparan hendak meminta makanan. Cukup baginya seandainya dia meminta jamuan kepada orang yang telah diberinya jasa. Cukup baginya, sekiranya dia mengambil imbalan atas kebaikannya.
Tetapi Musa mengajarkan kita 3 hal penting dalam doanya. Pertama, bahwa hanya Allah yang layak disimpuhi kedermawanan-Nya, ditadah karunia-Nya, dan diharapi balasan-Nya. Mengharap kepala makhluq, hanyalah kekecewaan. Meminta kepada makhluq, hanyalah kehinaan. Bertimpuh pada makhluq, hanyalah kenistaan.
Apa pun hajat kita, kecil maupun besar, ringan maupun berat, remeh maupun penting; hanya Allah tempat mengharap, mengadu, dan memohon pertolongan.
Pelajaran kedua dari Musa adalah adab. Bertata krama pada Allah, pun juga di dalam doa adalah hal yang seyogiayanya kita utamakan. Para ulama menyepakati tersyariatkannya berdoa kepada Allah dengan susunan kalimat perintah, sebagaimana banyak tersebut dalam Al-Qur’an maupun Sunnah. Ia benar dan terbolehkan. Tetapi contoh dari beberapa Nabi dalam Al-Qur’an menunjukkan ada yang lebih tinggi dari soal boleh atau tak boleh. Ialah soal patut tak patut. Ialah soal indah tak indah. Ialah soal adab.
Maka demikian pulalah Musa ‘Alaihissalam. Dia tidak mengatakan, “Ya Allah, berikan.. Ya Allah, turunkan.. Ya Allah, sediakan..”. Dia merundukkan diri dan berlirih hati,”Duhai Rabbi; Penciptaku; Penguasaku, Penjamin rizqiku, Pemeliharaku, Pengatur urusanku, sungguh aku, terhadap apa yang Kauturunkan di antara kebaikan, amat memerlukan”.
Yang ketiga, bahwa Allah dengan ilmu-Nya yang sempurna lebih mengerti apa yang kita perlukan dan apa yang baik bagi diri ini daripada pribadi kita sendiri. Musa menunjukkan bahwa berdoa bukanlah memberitahu Allah apa hajat-hajat kita, sebab Dia Maha Tahu. Beroda adalah bincang mesra dengan Rabb yang Maha Kuasa, agar Dia ridhai semua yang Dia limpahkan, Dia ambil, ataupun yang Dia simpan untuk kita.’’

Maka, Musa tidak mengatakan, “Ya Allah, berikan padaku makanan”. Dia pasrahkan karunia yang dimintanya pad ailmu Allah Yang Maha Bijaksana. Dia percayakan anugerah yang dimohonnya pada pengetahuan Allah Yang Maha Dermawan. Dia pun mengatakn, “Rabbi, sungguh aku, terhadap apa yang Kauturunkan di antara kebaikan, amat memerlukan”. 


dikutip dari Lapis-lapis Keberkahan, Salim A. Fillah halaman 33-35

No comments: