Feb 28, 2016

TENTANG RINDU

Ini tentang rindu seorang anak yang makin menjadi kala mendengar senandung ukhuwah:

Sahabat, tibalah masanya..
Bersua.. pasti ada berpisah
Bila nanti kita jauh berpisah
Jadikan robithoh pengikatnya
Jadikan doa ekspresi rindu
Semoga kita bersua di surga
(Senandung Ukhuwah – SYGMA)

Bahasanya sederhana, temanya klasik: tentang perpisahan, tapi pesan yang dibawa syahdu sekali: jadikan robithoh pengikat, jadikan doa ekspresi rindu. Dengan harapan di ujung nasyid: semoga kita bersua di syurga.
Begitu seringnya mendengar senandung ukhuwah ini, tapi baru sekarang benar-benar meresapinya.
Tak perlu teriak untuk bilang rindu.
Tak perlu merengek minta ditengok kawanmu nun jauh di sana.
Tak perlu ngambek karena kau tak pernah dikirim hadiah apapun oleh mereka.
Tak perlu iri melihatnya bisa main kesana kemari tapi tak bisa main ke daerahmu.

Diam saja. Biarkan robithoh dan doa yang jadi pengikat, moga dengannya Allah pertemukan kembali di satu kebahagiaan abadi, di Jannatal Firdaus. Moga dengannya, semakin kuat ikatan persahabatanmu dengannya. Doa, senjata kaum beriman kan? Maka jadikan ia sebenar senjata. Senjata yg siap diangkat ketika rindu membucah. Yang siap dikeluarkan ketika memori masa lalu dengannya kembali menyapa.


Doa. Dan dalam diam.

Feb 19, 2016

PERPISAHAN

Dan masa pun silih berganti
Ukhuwah, dan amanah tertunaikan
Berpeluh suka dan duka
Kita jalani semua
Semata-mata harapkan ridhoNya
Sahabat, tibalah masanya..
Bersua.. pasti ada berpisah
Bila nanti kita jauh berpisah
Jadikan robithoh pengikatnya
Jadikan doa ekspresi rindu
Semoga kita bersua di surga
(Senandung Ukhuwah – SYGMA)

Nasyid ini pertama kali diperkenalkan maulida. Teman sebelah kamar sekaligus teman duduk di rihlah terakhir kami sebagai santri arroyyan. Berdekat dengannya, membuatku ingat tentang amanah yg pernah kami emban bersama, di arroyyan, di biro fk. Dan kini, hampir tuntas kedua amanah itu. Kita harus berpisah untuk menunaikan amanah lainnya.

Amanah, ukhuwah, perpisahan.

Ya, akan tiba saatnya kita berpisah. Bukan berpisah lembaga lagi, tapi mungkin berpisah domisili.
Namun, ada 1 perpisahan penting yang harus kita siapkan dari sekarang.
Perpisahan yang pasti akan datang, perpisahan ruh dan jasad kita.
Perpisahan yang hidup dengan yang mati.

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. (Ali Imran : 185)

Tentang perpisahan yang pasti kita temui itu, sudah sejauh manakah persiapan kita?
Apakah persiapannya sudah seserius saat kita akan mengadakan satu acara besar? Apakah evaluasi kehidupan kita sudah sedetail evaluasi rapat besar?
Padahal hidup kita memiliki deadline berakhir yang pasti. Walau kepastian waktunya hanya diketahui Yang Maha Mengetahui.

“Orang mukmin yang paling utama adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang mukmin yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling bagus persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka semua adalah orang-orang cerdas (yang sesungguhnya, pent).” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan dinyatakan SHOHIH oleh syaikh Al-Albani rahimahullah di dalam Irwa’ul Gholiil no.682. Sedangkan di dalam Silsilatu Al-Ahaadiits Ash-Shohihah no.1384 beliau menilai hadits ini derajatnya HASAN dengan semua jalan periwayatannya).

Mari berlomba untuk jadi yang paling cerdas.
Bukan hanya ia yang siap menghadapi ujian karena planning belajar yg sangat matang.

Tapi juga ia yang ketika sampai waktunya berakhir, ia berani mengatakan dengan sepenuh iman: aku siap kembali padaMu Rabb..

MEMORI

Bismillaah..

Perjalanan rihlah menuju wonogiri kali ini ditemani nasyid yang membuatku teringat akan banyak hal. Dan entah, mungkin karena suasana safar, di dalam bis sedang ngga nyambi apa-apa juga selain dengerin nasyid, akhirnya setiap nasyid jadi punya memori sendiri..

Ketika dengar lagu-lagu Maher Zein, banyak sekali terkenang tentang CMBBS.

Tentang indah yang pertama kali memperkenalkan lagu I love you so. Yang dulunya kukira itu nasyid untuk pasangan, tp ternyata itu untuk Zat Yang Maha Cinta, Allah Subhanahu wa ta’ala.

Tentang rufaida yang begitu excited dan berkaca-kaca melihat video Number one for me.

Tentang kamar 105 yang suka sekali memutar maher zein di kamar. Tentang kamar kami yang masing-masing punya tujuan berbeda. Aku ke jepang, bepe ke farmasi, indah ke akuntansi, saroh ke desainer, sesil ke FK. Kamar yang di depan pintunya dengan pedenya menulis nama lengkap dan calon gelar yang kami inginkan. Kamar yang sering bikin nasi goreng bareng pakai magic com, yang wangi margarinnya memenuhi satu asrama. Kamar ini juga yang dipakai aku, esti, khaulah, ina, murni, untuk belajar pasca UN. Ketika satu asrama sepi ditinggal sebagian besar penghuninya, kamar inilah yang digunakan untuk belajar sampai larut, diskusi masa depan, dan becanda sampai sakit perut.

Atau  tentang lagu the chosen one yang mengingatkanku tentang kamar kedua di CM dulu. Kamar 105 masqod. Bersama sesil, oriehanna, anis, ukhti ipeh, ukhti raden, dan ukhti ____. Kamar yang ngasih surprise ultah di saat besoknya uas. kamar yang suka banget dibawain makanan sama mama orie bubur manado. Kamar yang di dalamnya aku melihat perjuangan belajar, tidur paling malam, bangun paling pagi kakak-kakak kelasku.

Mendengar tiap nasyid, dan menemukan tiap memori di dalamnya. Aku haru sekaligus sedih. Rabb, izinkan aku, izinkan kami memiliki memori indah di tiap halaman kalamMu. Izinkan kami langsung bergetar tiap ada ayat suciMu dibacakan. Seperti bergetarnya aku mendengar nasyid yang aku memiliki kenangan tentangnya.


Rabb, aku ingin memiliki kenangan di tiap halaman, di tiap surahnya, di tiap ayatnya. Perkenankan kami, Rabb :”)

- 7 Feb 2016, di perjalanan rihlah arroyan -