May 28, 2016

Hikmah Sakit

Bismillahirrahmaanirrahiim

Dulu sering bertanya-tanya, bagaimana ya rasanya mendapat ujian sakit berat dari Allah. Dan kali ini Allah izinkan aku untuk merasakannya. Maka bismillah, semoga aku bisa memetik tiap hikmah yang Allah titipkan melalui sakit ini.

1.       Bersabar dalam sakit itu sulit.
Rasanya ingin menangis. Mempertanyakan segalanya pada Allah. Kenapa aku, kenapa harus aku, kenapa sekarang saat kondisinya begini, dsb. Dan ternyata, menerima satu kenyataan kalau sakit ini memang “ujian dari Allah” dan memang “harus sekarang”, bukan perkara mudah. Apresiasi luar biasa untuk  hamba-hamba Allah yang tetap bersabar di tengah sakitnya. Tetap berkarya dan menginspirasi. Tetap menghafal kitabNya. Tetap percaya dengan janjiNya bahwa setiap penyakit ada obatnya..

Sedih, kecewa, menangis, marah adalah perasaan manusiawi yang boleh dirasakan ketika seseorang ditimpa sakit. Tapi manusia diberi akal dan hati. Diberi kecerdasan untuk bisa mengatur semua perasaan agar tetap dalam bingkai taqwa. Agar semua tetap pada kesyukuran. Agar tidak menyalahi Allah untuk kehendak terbaikNya.

2.       Kita akan diuji dengan hal-hal yang kita cinta.
Ujian sakit kali ini bertepatan dengan agenda UKM Ilmu Qur’an yang seabrek. Upgrading dan MTQ. Juga khataman, Tabligh Akbar Ramadhan, Pleno. Aku tak pernah menyangka, ujian kecintaanku menjalani amanah UKM ini Allah kirim dalam bentuk sakit. Teringat akan ketinggian hatiku beberapa saat lalu, yang berjanji sepenuh hati akan mendampingi penuh UKM ini walau dihantam kesibukan akademik atau apapun. Tapi ternyata, ketika Allah menguji sakit ini, aku tak bisa kemana-mana.  Benar-benar bertepatan dengan upgrading yang sedang dilaksanakan di isykarima. Sebuah acara dengan perjuangan luar biasa. Dan diadakan di tempat yang selalu kurindu untuk kembali kesana sebakdanya acara itikaf beberapa tahun silam. Tapi ternyata, kehendak Allah yang ini telah ditetapkan padaku. Secinta apapun, sebersemangat apapun, Allah lebih ingin aku istirahat disini. Mendoakan mereka dari jauh.

Kemudian tentang MTQ Jawa, sesuatu yang baru pertama kali dilakukan UKM ini. Mengadakan perlombaan tingkat MTQ. Dimana hari-hari kemarin aku begitu semangat dan sangat senang mengurusnya. Tapi kali ini, tak ada yang bisa menjamin, apakah aku bisa membersamai perhelatan akbar di hari H.

3.       Manusia yang memiliki deadline akan lebih terarah
Hari ini aku diingatkan Allah lagi tentang deadline hidup. Ya. begitu tegak diagnosis dokter, aku langsung merapikan hal-hal yang perlu dirapikan. Dan merasa waktuku sempit sekali. Seharusnya tiap detik kehidupan bisa dimaknai begitu.. agar kita jadi orang yang bersegera dalam berbuat kebaikan. Tidak berlama-lama dalam istirahat karena meyakini bahwa istirahat terbaik adalah di Jannah.

4.       Yang kita kumpulkan bisa saja sia-sia
Sudah membersamai panitia, tapi tidak bisa ikut acara. Rasanya sia-sia sekali keringat yang dikorbankan kemarin. Astaghfirullahal’adziim. Harus selalu ingat, bahwa Allah melihat proses, bukan hasil. Harus yakin bahwa setiap amal yang berlalu sudah dapat penilaian dari Allah. Ketika ditimpa musibah, keikhlasan amal lalu itu jadi ujian. Benar-benar ikhlas menjalankannya atau bagaimana?

Ada satu hal lain yang dikhawatirkan. Dengan semua yang sudah dilakukan selama ini, Apakah Allah menilainya sebagai kebaikan? Atau Allah menilai lain karena yang kt lakukan tersisipi niat yang keliru?

5.       Hafal Qur'an. Selesaikan, jaga baik-baik.
Beberapa waktu lalu mendapat nasehat dari video Syekh Fahd al Kandali. Beliau menekankan, bahwa sakit bisa diobati dengan ruqyah sesuai ajaran Rasul. Maka betapa indahnya ketika kita bisa meruqyah diri sendiri, dan di dalam hati ada Qur’an, kalamAllah. Dan betapa hafalan harus dijaga betul. Karena ketika kondisi tidak memungkinkan untuk membaca atau mendengar, maka hafalan Qur’an yang kita jagalah satu-satunya yang bisa kita lafazkan  baik dalam hati atau lisan.

6.       Dokter perempuan
Sejak pertama kali ke rumah sakit, selalu bertanya, adakah yang perempuan? Kemudian menyadari satu hal penting. Sebagai perempuan tentu hanya ingin disentuh oleh yang perempuan saja. Jumlah perempuan saat ini lebih banyak dari laki-laki, maka seharusnya keberadaan dokter perempuan di rumah sakit bisa melebihi laki-laki. Menerima kenyataan bahwa tak ada dokter perempuan di poli yang saya tuju, menjadi tamparan diri sendiri untuk rajin belajar dan bisa menularkan semangat belajar ke teman-teman perempuan lainnya. Agar bisa jadi perantara Allah dalam kesembuhan para perempuan.

7.       Liqo adalah keluarga
Halaqoh, liqoat adalah keluarga. murobbi adalah ibu yang seharusnya juga jadi tempat cerita. Kepercayaan pada jama’ah harus utuh. Ummi mengajarkan ini dengan praktek langsung. Bagaimana liqo memang jadi tempat kembali pulang. Tempat cerita. Karena dengan ukhuwah, tak ada masalah yang harus dihadapi sendiri. Kita orang beriman yang punya Allah, punya saudara seiman yang insya Allah akan membantu kita.

8.       Sendiri. Apalagi di kubur
Saat sakit ini merasa sendiri betul. Tak punya teman. Tak punya tempat untuk benar-benar menangis menceritakan semua. Akhirnya hati ini keruh karena berprasangka macam-macam. Alhamdulillah Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, Allah Yang memberi hidayah kemudian menyadarkanku. Bahwa tempat cerita, tempat menangis, hanya pada Allah semata.

Tentang kesendirian, diri ini diliputi perasaan khawatir. Sendirian di dunia saja sudah sedih sekali rasanya. Maka bagaimana di kubur nanti, dimana yang bisa menemani hanyalah amalan..


Semoga Allah menguatkan diri ini untuk terus bersabar dan memetik hikmah atas segala kejadian yang terjadi. Ini hanyalah sedikit. Kuyakin ada banyak sekali hikmah yang belum tertulis. Dan Maha Benar Allah atas segala firmanNya, karena sesungguhnya kita takkan mampu menghitung nikmat Allah.. maka jadikan kami hamba yang senantiasa bersyukur Rabb..

Alhaqqu min Robbika wa laa takuu nanna minal mumtariin.

Kebenaran hanya milik Allah semata.

May 26, 2016

Amanah

Pindah bagian belum tentu meringankan amanah kita, yg memberi amanah itu Rabb yg tiap hari kita sujud maka dengan doa, usaha, dan ibadah serta berbuat baik baru amanah itu dengan izinnya insya Allah akan menjadi lebih ringan dan lebih indah

-not my word-

#notetomyself

May 15, 2016

Hawa nafsu

Satu perbedaan manusia dengan malaikat: manusia dikaruniai hawa nafsu.

Cara menjaga dan menahan itulah yang jadi ujiannya manusia.

"Maaf saya baru dari jogja". Menahan untuk tidak membalas "cie yang baru pulang"

Menahan untuk tidak ikut ledek2 membahagiakan yang padahal, sangat manusiawi untuk diikuti.

ya Allah jaga aku. Ya Allah lindungi aku. Ya Allah bantu aku menahan hawa nafsu Ini.

Hayuk belajar menahan hawa nafsu, dimulai dari nafsu makan 😅

May 8, 2016

Neuroplastisitas

Neuroplastisitas. Yaitu kemampuan otak untuk berubah secara struktural dan fungsional yg dikarenakan stimulus.

Secara struktural, otak yg memiliki neuroplastisitas baik akan memiliki jumlah dendrit yang lebih banyak. Jadi meski volume sama, tapi serabutnya lebih banyak, maka bisa disimpulkan orang tersebut lebih cerdas.

Menurut penelitian, neuroplastisitas ini akan menurun, alias serabut dendritnya akan berkurang dan otak akan atrofi (mengecil) pd usia mendekati lansia, atau lansia, karena otak mulai jarang dipakai berpikir keras. Ini yg membedakan olahragawan dengan akademisi atau seorang ilmuwan, bs disebut professor dlm org awam. Nah ternyata, olahragawan lbh cpt mengalami demensia pada mereka yg jarang mngaktifkan fungsi2 otaknya. Sdgkan ilmuwan akan cenderung lebih tahan terhadap demensia.

Dr sumber yg saya dpt (dari dosen; mgkin bs dicek kbenarannya lg), neuroplastisitas akan menurun kemampuannya mulai usia 30. Jd ada 2 pilihan, stagnan or decreases.  Jadi di usia2 ini, byk manfaatkan untk tugas2 yg banyak, dg kemampuan individu msg2 tentunya. Jgn terlalu byk beban, shg byk stressor. Jgn takut bodoh karena waktu belajar berkurang gr2 dakwah.

Karena kalo kita lbh menguatkan fungsi otak kita dan kapabilitas otak kita dg disibukkan dakwah, maka jika org biasa btuh bljr 4 jam, mungkin kita cm btuh 2 jam. Ya, karena kita memanfaatkan neuroplastisitas itu. Byk mikir, byk tugas, banyak amanah, byk kepepet.

Akhirnya kemampuan otak kita bertambah, struktur otak pun akan lebih padat. Inilah tugas kita. Berat, tp byk melatih kita. Membuat lebih kuat kedepan. Jd jgn takut byk tugas dan byk kerjaan.

Oleh: Yoga Mulia Pratama, S.Ked (Korfak AAI FK 2014)

May 4, 2016

Searching di Otak

Siang itu seorang dokter penyakit dalam sudah hadir di ruangan, siap memberikan kuliah. Tapi fokusku masih tertuju pada handphone dan laptop krn satu hal: pendaftaran kkn!

dr. Arifin, Sp.PD membawakan kuliah dengan santai, sambil coba melempar pertanyaan tentang patofisiologi suatu gejala penyakit yg tentunya sudah kami pelajari. Namun toh yg berhasil menjawab pertanyaan beliau hanya satu dua. Sisanya? Lupa :"

Fokusku masih pecah, sampai akhirnya beliau bercerita.

"Saya suka nanya2 ke mahasiswa gini ga cuma sama kalian dek, tp sama adek adek koas yg lain juga"

"Dan saya paling ngga suka kalau ada yg jawab, tp itu hasil dr ngintip buku. Saya ngga suka. Lebih baik dijawab jujur 'maaf dok saya ngga tau', atau 'saya lupa', saya lebih menghargai jawaban begitu"

Wah. Mulai menarik. Sejenak kucoba fokus mendengarkan perkataan beliau.

Kemudian beliau melempar tanya: "kalian tau orang stroke? Kenapa kemudian kakinya yg sebelah mengecil?"

"Atrofi," jawabku mantap. Tumben sekali, biasanya aku paling tdk bisa dan tdk mau menjawab pertanyaan dosen. Tp wajah ramah sang dosen membuatku lupa akan rasa minder yg biasa muncul.

dr. Arifin mengangguk, lalu melanjutkan.

"Ketika saya bertanya pada kalian. Maka kalian memaksa diri kalian untuk mengingat2. Kalian melakukan searching di otak kalian. Krn saya tahu, kalian sebenarnya pasti sudah pernah faham materi ini, sudah pernah baca. Cuma mungkin jarang dibuka dan dipakai, tp memorinya masih ada. Jadi butuh waktu untuk searching"

Ini menarik. Kali ini kutaruh hpku.

"Ketika kalian bilang tidak tahu. Kemudian saya menjelaskan teorinya. Maka kalian akan ingat. Ohiya, ini kan dulu begini, pernah disampaikan disini. Akan terjadi koneksi dengan ingatan lama. Dan membuat ingatan tersebut jadi semakin kuat. Coba kalau kalian langsung buka buku, tidak akan ada proses searching di otak. Sehingga lama2 otaknya akan..."

"Atrofi" jawab kami mantap.

dr. Arifin terkekeh: "kalian yg bilang loh ya.."

Cerita yg sangat apik dan masuk akal. Mengingatkanku tentang sinaps sistem saraf di blok neurologi. Dan juga hafalan Qur'an.

Korelasinya dg Qur'an apa, asma?

Ketika kita muroja'ah, harus ada waktu dimana kita tdk boleh buka Qur'an sama sekali.

Dan sebagai guru, kita juga harus memberikan waktu pada murid untuk berpikir sendiri, mengingat, membiarkan proses searching itu berjalan sempurna sampai akhirnya 'finding' ayat yg terlupa. Baru ketika dia menyerah, tak menemukan di memorinya, kita yang beritahu dan ingatkan. Bukan memintanya melihat sendiri di Qur'an.

Sekian cerita hari ini.
Alhamdulillah jadi makin semangat dan bersyukur. Semoga Allah izinkan dan pertemukan kami dengan dr. Arifin lainnya di luar sana :")

3 Mei 2016
Sebakdanya kuliah Kedaruratan Endokrin oleh dr. Arifin, Sp.PD