Bismillahirrahmaanirrahiim
Dulu sering bertanya-tanya, bagaimana ya rasanya mendapat ujian sakit
berat dari Allah. Dan kali ini Allah izinkan aku untuk merasakannya. Maka
bismillah, semoga aku bisa memetik tiap hikmah yang Allah titipkan melalui
sakit ini.
1. Bersabar
dalam sakit itu sulit.
Rasanya ingin
menangis. Mempertanyakan segalanya pada Allah. Kenapa aku, kenapa harus aku, kenapa sekarang saat kondisinya begini,
dsb. Dan ternyata, menerima satu kenyataan kalau sakit ini memang “ujian
dari Allah” dan memang “harus sekarang”, bukan perkara mudah. Apresiasi luar
biasa untuk hamba-hamba Allah yang tetap
bersabar di tengah sakitnya. Tetap berkarya dan menginspirasi. Tetap menghafal
kitabNya. Tetap percaya dengan janjiNya bahwa setiap penyakit ada obatnya..
Sedih, kecewa,
menangis, marah adalah perasaan manusiawi yang boleh dirasakan ketika seseorang
ditimpa sakit. Tapi manusia diberi akal dan hati. Diberi kecerdasan untuk bisa
mengatur semua perasaan agar tetap dalam bingkai taqwa. Agar semua tetap pada
kesyukuran. Agar tidak menyalahi Allah untuk kehendak terbaikNya.
2. Kita
akan diuji dengan hal-hal yang kita cinta.
Ujian sakit kali
ini bertepatan dengan agenda UKM Ilmu Qur’an yang seabrek. Upgrading dan MTQ.
Juga khataman, Tabligh Akbar Ramadhan, Pleno. Aku tak pernah menyangka, ujian
kecintaanku menjalani amanah UKM ini Allah kirim dalam bentuk sakit. Teringat
akan ketinggian hatiku beberapa saat lalu, yang berjanji sepenuh hati akan
mendampingi penuh UKM ini walau dihantam kesibukan akademik atau apapun. Tapi
ternyata, ketika Allah menguji sakit ini, aku tak bisa kemana-mana. Benar-benar bertepatan dengan upgrading yang
sedang dilaksanakan di isykarima. Sebuah acara dengan perjuangan luar biasa.
Dan diadakan di tempat yang selalu kurindu untuk kembali kesana sebakdanya
acara itikaf beberapa tahun silam. Tapi ternyata, kehendak Allah yang ini telah
ditetapkan padaku. Secinta apapun, sebersemangat apapun, Allah lebih ingin aku
istirahat disini. Mendoakan mereka dari jauh.
Kemudian tentang
MTQ Jawa, sesuatu yang baru pertama kali dilakukan UKM ini. Mengadakan
perlombaan tingkat MTQ. Dimana hari-hari kemarin aku begitu semangat dan sangat
senang mengurusnya. Tapi kali ini, tak ada yang bisa menjamin, apakah aku bisa
membersamai perhelatan akbar di hari H.
3. Manusia
yang memiliki deadline akan lebih terarah
Hari ini aku
diingatkan Allah lagi tentang deadline hidup. Ya. begitu tegak diagnosis
dokter, aku langsung merapikan hal-hal yang perlu dirapikan. Dan merasa waktuku
sempit sekali. Seharusnya tiap detik kehidupan bisa dimaknai begitu.. agar kita
jadi orang yang bersegera dalam berbuat kebaikan. Tidak berlama-lama dalam
istirahat karena meyakini bahwa istirahat terbaik adalah di Jannah.
4. Yang
kita kumpulkan bisa saja sia-sia
Sudah
membersamai panitia, tapi tidak bisa ikut acara. Rasanya sia-sia sekali
keringat yang dikorbankan kemarin. Astaghfirullahal’adziim. Harus selalu ingat,
bahwa Allah melihat proses, bukan hasil. Harus yakin bahwa setiap amal yang
berlalu sudah dapat penilaian dari Allah. Ketika ditimpa musibah, keikhlasan amal lalu itu jadi ujian. Benar-benar
ikhlas menjalankannya atau bagaimana?
Ada satu hal
lain yang dikhawatirkan. Dengan semua yang sudah dilakukan selama ini, Apakah
Allah menilainya sebagai kebaikan? Atau Allah menilai lain karena yang kt
lakukan tersisipi niat yang keliru?
5. Hafal Qur'an. Selesaikan, jaga baik-baik.
Beberapa waktu
lalu mendapat nasehat dari video Syekh Fahd al Kandali. Beliau menekankan,
bahwa sakit bisa diobati dengan ruqyah sesuai ajaran Rasul. Maka betapa
indahnya ketika kita bisa meruqyah diri sendiri, dan di dalam hati ada Qur’an,
kalamAllah. Dan betapa hafalan harus dijaga betul. Karena ketika kondisi tidak
memungkinkan untuk membaca atau mendengar, maka hafalan Qur’an yang kita
jagalah satu-satunya yang bisa kita lafazkan
baik dalam hati atau lisan.
6. Dokter
perempuan
Sejak pertama
kali ke rumah sakit, selalu bertanya, adakah
yang perempuan? Kemudian menyadari satu hal penting. Sebagai perempuan
tentu hanya ingin disentuh oleh yang perempuan saja. Jumlah perempuan saat ini
lebih banyak dari laki-laki, maka seharusnya keberadaan dokter perempuan di
rumah sakit bisa melebihi laki-laki. Menerima kenyataan bahwa tak ada dokter
perempuan di poli yang saya tuju, menjadi tamparan diri sendiri untuk rajin
belajar dan bisa menularkan semangat belajar ke teman-teman perempuan lainnya.
Agar bisa jadi perantara Allah dalam kesembuhan para perempuan.
7. Liqo
adalah keluarga
Halaqoh, liqoat
adalah keluarga. murobbi adalah ibu yang seharusnya juga jadi tempat cerita.
Kepercayaan pada jama’ah harus utuh. Ummi mengajarkan ini dengan praktek
langsung. Bagaimana liqo memang jadi tempat kembali pulang. Tempat cerita.
Karena dengan ukhuwah, tak ada masalah yang harus dihadapi sendiri. Kita orang
beriman yang punya Allah, punya saudara seiman yang insya Allah akan membantu
kita.
8. Sendiri.
Apalagi di kubur
Saat sakit ini
merasa sendiri betul. Tak punya teman. Tak punya tempat untuk benar-benar
menangis menceritakan semua. Akhirnya hati ini keruh karena berprasangka
macam-macam. Alhamdulillah Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, Allah Yang
memberi hidayah kemudian menyadarkanku. Bahwa tempat cerita, tempat menangis,
hanya pada Allah semata.
Tentang
kesendirian, diri ini diliputi perasaan khawatir. Sendirian di dunia saja sudah
sedih sekali rasanya. Maka bagaimana di kubur nanti, dimana yang bisa menemani
hanyalah amalan..
Semoga Allah menguatkan diri ini untuk terus bersabar
dan memetik hikmah atas segala kejadian yang terjadi. Ini hanyalah sedikit.
Kuyakin ada banyak sekali hikmah yang belum tertulis. Dan Maha Benar Allah atas
segala firmanNya, karena sesungguhnya kita takkan mampu menghitung nikmat
Allah.. maka jadikan kami hamba yang senantiasa bersyukur Rabb..
Alhaqqu min Robbika wa laa takuu nanna minal
mumtariin.
Kebenaran hanya milik Allah semata.
No comments:
Post a Comment