May 4, 2016

Searching di Otak

Siang itu seorang dokter penyakit dalam sudah hadir di ruangan, siap memberikan kuliah. Tapi fokusku masih tertuju pada handphone dan laptop krn satu hal: pendaftaran kkn!

dr. Arifin, Sp.PD membawakan kuliah dengan santai, sambil coba melempar pertanyaan tentang patofisiologi suatu gejala penyakit yg tentunya sudah kami pelajari. Namun toh yg berhasil menjawab pertanyaan beliau hanya satu dua. Sisanya? Lupa :"

Fokusku masih pecah, sampai akhirnya beliau bercerita.

"Saya suka nanya2 ke mahasiswa gini ga cuma sama kalian dek, tp sama adek adek koas yg lain juga"

"Dan saya paling ngga suka kalau ada yg jawab, tp itu hasil dr ngintip buku. Saya ngga suka. Lebih baik dijawab jujur 'maaf dok saya ngga tau', atau 'saya lupa', saya lebih menghargai jawaban begitu"

Wah. Mulai menarik. Sejenak kucoba fokus mendengarkan perkataan beliau.

Kemudian beliau melempar tanya: "kalian tau orang stroke? Kenapa kemudian kakinya yg sebelah mengecil?"

"Atrofi," jawabku mantap. Tumben sekali, biasanya aku paling tdk bisa dan tdk mau menjawab pertanyaan dosen. Tp wajah ramah sang dosen membuatku lupa akan rasa minder yg biasa muncul.

dr. Arifin mengangguk, lalu melanjutkan.

"Ketika saya bertanya pada kalian. Maka kalian memaksa diri kalian untuk mengingat2. Kalian melakukan searching di otak kalian. Krn saya tahu, kalian sebenarnya pasti sudah pernah faham materi ini, sudah pernah baca. Cuma mungkin jarang dibuka dan dipakai, tp memorinya masih ada. Jadi butuh waktu untuk searching"

Ini menarik. Kali ini kutaruh hpku.

"Ketika kalian bilang tidak tahu. Kemudian saya menjelaskan teorinya. Maka kalian akan ingat. Ohiya, ini kan dulu begini, pernah disampaikan disini. Akan terjadi koneksi dengan ingatan lama. Dan membuat ingatan tersebut jadi semakin kuat. Coba kalau kalian langsung buka buku, tidak akan ada proses searching di otak. Sehingga lama2 otaknya akan..."

"Atrofi" jawab kami mantap.

dr. Arifin terkekeh: "kalian yg bilang loh ya.."

Cerita yg sangat apik dan masuk akal. Mengingatkanku tentang sinaps sistem saraf di blok neurologi. Dan juga hafalan Qur'an.

Korelasinya dg Qur'an apa, asma?

Ketika kita muroja'ah, harus ada waktu dimana kita tdk boleh buka Qur'an sama sekali.

Dan sebagai guru, kita juga harus memberikan waktu pada murid untuk berpikir sendiri, mengingat, membiarkan proses searching itu berjalan sempurna sampai akhirnya 'finding' ayat yg terlupa. Baru ketika dia menyerah, tak menemukan di memorinya, kita yang beritahu dan ingatkan. Bukan memintanya melihat sendiri di Qur'an.

Sekian cerita hari ini.
Alhamdulillah jadi makin semangat dan bersyukur. Semoga Allah izinkan dan pertemukan kami dengan dr. Arifin lainnya di luar sana :")

3 Mei 2016
Sebakdanya kuliah Kedaruratan Endokrin oleh dr. Arifin, Sp.PD

No comments: