Apr 25, 2016

PASANGAN

Ada begitu banyak kata untuk satu maksud yang sama.
Dokter dengan anamnesisnya.
Polisi dengan interogasinya.
Anamnesis dan interogasi punya makna yang sama. Sama-sama ingin menggali. Sama-sama dibutuhkan untuk perkembangan kasus kedepannya.
Hanya saja, tiap kata sudah ada yang memilikinya. Sudah berpasangan.
Kita tak bisa memasangkan anamnesis dengan polisi, begitu juga interogasi dengan dokter. Seberapa sama dan dekat maknanya, kalau memang bukan pasangannya, mau diapakan?

Begitu juga dirimu dan dirinya. Seberapa dekatpun, seberapa mengenalpun, kalau memang bukan dirinya yang Ia pasangkan untukmu, bagaimana?

Kalau kata Ustadz Salim A. Fillah di salah satu ceramahnya..
Jangan kau kira cinta akan lahir dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun.
Tidak.
Cinta adalah anak dari kecocokan jiwa.
Dan selama kecocokan jiwa itu tiada, cinta takkan pernah lahir dalam hitungan tahun bahkan milenia.
Sebab apa?
Al arwahu junudu mujannadah
Ruh-ruh itu seperti pasukan yang ada dalam kesatuan-kesatuan
Kalau mereka saling mengenal, maka mereka mudah untuk sepakat.
Kalau mereka tidak saling mengenal, maka mereka gampang untuk berselisih.
Pasukan itu mengenal satu sama lain pakai apa? pakai sandi. Pakai kode.
Kalaupun tidak bertemu, hatta terhalang bukit. Tapi kalo kodenya nyambung, maka mereka akan sepakat. Yang sama adalah, rumus jodoh itu kalau kemudian sama-sama hati mereka tunduk pada Allah, mengenal Allah subhanahu wa Ta’ala. Mengabdikan diri untuk Allah.
Agama itu cara memandang hidup. Cara memandang mati. Cara memandang hidup sesudah mati. Cara memandang pencipta hidup dan mati. Cara memandang pasangan, lingkungan, dan kesemua makhluk Allah subhanahu wa ta’ala. Maka kesamaan dalam itu, kesejiwaan adalah jaminan kebaikan bagi pernikahan.



-          Sebakdanya kuliah Visum et Repertum dr. Nonod, 1:34 pm, 25 April 2016

Laa yukallifullaah

Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’ahaa (2: 286)
Allah tidak akan membebani makhluk di luar kesanggupannya.

Ayat ini begitu sering diulang-ulang, tapi akhirnya baru benar-benar teresapi sore itu.
Kala itu aku terlanjur membuat janji dengan akhwat adminkeu untuk ngobrol cantik, jam 16.00. Di jam yang sama, berlangsung rapat 3 sie MTQ di perpus NH. Sedari awal aku sudah berniat untuk tetap fokus pada janji yang kubuat dengan akhwat adminkeu. Qodarullah, sore itu ternyata Allah ingin aku hadir dulu di rapat 3 sie. Hanya ada 2 akhwat dari 5 yang seharusnya hadir. Akhirnya kutemani juga sebentar.

Jam 16.45, aku pamit, izin naik ke lantai 2. Menemui akhwat-akhwat adminkeu. Kemudian terjadi obrolan, hm lebih tepatnya curhatan seru. Dan akhirnya keluar juga potongan ayat di atas: Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha. Allah Yang Maha Mengetahui, tidak akan membebani kita di luar batas kemampuan kita. Bila ada beragam hal yang diamanahi pada kita, kita harus yakin, amanah ini datangnya dari Allah. Dan Allah memberi amanah ini, in syaa Allah sudah sepaket dengan kekuatan dariNya. Karena apa, karena Allah tidak akan membebani di luar kemampuan kita, maka pasti Allah sudah siapkan skenario untuk memampukan kita memikul amanah. Jadi.. semangat, karena amanah diberikan sepaket dengan kekuatan, karenanya, kita tak boleh bosan untuk terus memohon, berharap, menangis di hadapanNya; untuk banyak mohon ampun, untuk banyak minta petunjuk, untuk minta dikuatkan memegang amanah ini..


Allah Yang Maha Baik ternyata menjadikan ngobrol cantik sore itu selesai dengan waktu singkat dan konten cukup padat. Sehingga masih ada beberapa menit untukku turun lagi ke perpustakaan NH. Ada sebersit lelah, ingin pergi dan meninggalkan; tapi nyatanya Ia kuatkan dan mudahkan langkah kakiku. Ia lapangkan hatiku untuk menemani syuro sore itu. Alhamdulillaah binikmatih.. Segala Puji hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Rabb semesta alam..

Apr 18, 2016

coba!

Kecewa takkan membuat esok pagimu jadi tak bernyawa. Coba, coba, dan coba. Keseimbangan adalah tentang mencoba: menakar dan menerka. Tidak apa. Sesekali kamu memang mesti menangis. Karena tidak semua gerimis berujung pelangi yang manis. 



Azhar Nurun Ala dalam Ja(t)uh halaman 125

Apr 17, 2016

Sacin

Bismillahirrahmaanirrahiim

Setiap orang punya tempat sendiri di hati. Tiap sosok ada kenangannya di memori. Seperti sore ini ketika aku menyapu kamar Sumayyah binti Hibath. Ada secarik kertas kuning stabilo yang sudah lusuh. Isinya kurang lebih seperti ini:
Asma makasih banyak ya spidolnya. Maaf balikinnya lama –Sacin

Sacin, nama kesayangan dari Nur Sakinah. Tulisannya yang rapi itu khas banget. Dulu jadi sekretaris kita di kelas IPA 3. Dan heboh banget kalo ngingetin kita.

“tedjo tedjo.. ana punya pengumuman. Ana nggak mau ngulang dua kali..” begitulah teriakan khasnya kalau mau ngasih pengumuman. Maklum, warga tedjo ada 28 kepala (termasuk sacin). Keluarga kelas paling banyak di SG. Dan emang butuh kesabaran ekstra buat bikin 27 kepala diam dan ngga nanya-nanya untuk satu pengumuman. Makanya si sacin kaya gitu deh kalo mau ngasih pengumuman.


Yang ngga bisa terlupa sampai sekarang itu, setiap kali megang spidol selalu inget sacin. Sacin dulu yang megang spidol kelas dan tintanya. Di tempat pensilnya sampai adqa 4 spidol papan tulis yang gede-gede itu. Dan ane inget banget, orang yang ngajarin ana ngisi tinta spidol itu yoo sacin. Jazakillah ya ciin :’) peluk kangen dari solo, semoga tulisan tangan ente tetep bagus wkwk :D