Aug 1, 2015

Memilih Mimpi

Melihat cerita bahagia mbak ratna mengenai perjuangannya mendapatkan beasiswa monbusho, aku seperti melihat potret diriku, 2 tahun yang lalu. Ketika aku sangat bersemangat untuk meraih beasiswa di Jepang. Bedanya, mbak ratna lulus dan aku tidak.

Kemudian membaca cv beliau, ada sedikit iri terbit disana. Rasanya ingin menangis dan menyesal. Sebabnya? Dulu sudah sangat dekat sekali jalanku untuk punya publikasi, tapi aku tak kuat, dan memilih untuk berjuang di jalan lain.

Semua orang bisa bahagia, asal standar bahagianya jangan pakai standar bahagia orang lain – many people (termasuk kak syayma, kakak kece badai 1 kos).

Melihat kembali mbak ratna, dengan tumpukan publikasi dan presentasi, aku tahu ia telah bekerja sangat keras untuk itu. Karena pernah 1 meja kerja dengan beliau (walau hanya beberapa menit), pernah mengerjakan sedikit hal-hal yang beliau juga kerjakan. Pernah nonton kebahagiaan mbak ratna dan teman-teman 1 timnya yang sumringah atas keberhasilan kerja mereka. Yang pasti, aku belum kuat kalau harus berkutat dengan penelitian, sekuat mbak ratna. Dan karena itu, sungguh aku sama sekali ngga pantas untuk iri.

Akhirnya, semua kembali pada pilihan. Mau jadi seperti apa kita, mau mendapat apa, semua ditentukan oleh kita sendiri. So? Set your dream as high as you can, then work for it! Kalau tidak memilih mimpi, kapan kita bisa mulai bekerja di koridor (mimpi) yang benar? Kalau tak pernah punya mimpi, bagaimana mungkin akan ada kalimat ‘aku telah meraih impianku’ dalam hidupmu? J


btw, congratulation mbak ratna atas beasiswanya.. semoga berkah J

No comments: