Bismillaahirrahmaanirraahiim
Dengan Nama Allah Yang Maha
Pengasih Lagi Maha Penyayang
Teringat saat pertama kali
melihat namaku masuk ke 24 calon penerima manfaat bakti nusa UNS. Waktu itu aku
sedang ada di puncak lelah, seharian di NH dari sholat gerhana sampai khataman
malamnya. Beberapa orang yang kutemui hari itu menanyakan pengumuman BA yang
akhirnya kujawab dengan senyum: aku saja tak tahu kalau hari ini pengumumannya.
Maka ketika malamnya Manajer BA UNS, Mas Krisna, pm via WA, aku yang malah
bingung. Setengah tak percaya, tapi.. Alhamdulillaah wa syukurillah.. berita
itu kemudian hilang ditelan kesibukan.
Sebakdanya acara khataman 3 hari
itu, aku kembali memikirkan bakti nusa. Aku membuka file yang kukirim. Membaca tiap
detail form pendaftaran, esai, sampai proposal hidup. Kemudian tertegun. Allahu
Robbi, apa yang mereka lihat dariku? Cv hidupku biasa, tidak berlimpah prestasi
apalagi jabatan organisasi. Esaiku juga sangat sederhana, lebih mirip curhatan
kalau boleh kubilang. Dan proposal hidup yang kuyakin, teman-teman lain lebih
baik dan wellprepared dalam membuatnya.
Tapi Allah melalui baktinusa
memberiku kesempatan untuk belajar di satu agenda yang bernama Seleksi 2 Bakti
Nusa. Bismillah.. mari kita belajar..
Cerita selanjutnya adalah tentang
perjuangan mengerjakan penugasan bakti nusa. Dari mulai pusing saat diminta
ganti foto profile picture semua akun media sosial. Bukan apa-apa, tapi karena
aku mencoba memegang prinsip untuk tidak pajang foto sama sekali. Akhirnya dicari
foto paling gelap dan paling samar senyumnya. Susah. Karena fotoku tak banyak.
Belum lagi tentang esai yang
menuntut untuk membuka mata dengan realita pasar tradisional. Tentang esai ini,
aku memang menunda membuatnya. Kupikir, video butuh waktu lebih lama. Hingga akhirnya
sampai pada waktu-waktu kritis. Alhamdulillah H-1 deadline, Allah beri petunjuk
melalui buku Api Sejarah yang dibacakan saat lingkaran teras surga berlangsung.
Akhirnya bisa memulai esai juga dengan inspirasi dari Api Sejarah.
Lain esai lain video. Dari awal
aku berprinsip aku tidak ingin banyak suara dan banyak potret diriku. Walau dikeberjalannya
susah sekali mempertahankan prinsip ini. Sempat take video beberapa kali,
berusaha minta tolong kesana kemari. Sampai
akhirnya.. Alhamdulillah video itu jadi dengan editing sendiri. Dan sesuai dengan
keinginanku. Biar, biar saja tulisan itu yang menceritakan diriku. Aku tak
menyesal sudah berbeda dan mungkin, agak nyeleneh dengan penugasan yang
diminta. (maafkan aku baktinusa, beginilah aku..)
Akhirnya sampai juga ke
detik-detik menjelang FGD dan wawancara. Waktunya bertepatan dengan agenda
camping Qur’an di NH dimana aku jadi panitia dan juga musyrifahnya. Rasanya lelah
badan dan pikiran. Memikirkan semua hal. Ummi abi, skripsi yang tak kunjung
keluar pengumuman validasinya, IQ yang jumatnya raker dilanjut CQ. Benar-benar
terasa dikuras. Belum lagi menghadapi perasaan minder yang luar biasa. Hari H
itu, aku sempat ragu, di detik-detik terakhir itu aku masih berpikir apa ngga usah berangkat aja ya…. tapi
biidznillah, kuputuskan berangkat. Dan aku memilih berjalan kaki. Agar semua
rasa bisa menguap. Agar hormone endorphinku keluar dan merilekskan semua keruh
yang ada.
Singkat cerita, FGD dan wawancara
telah selesai. Walaupun FGDku tak mulus, maksudku, seperti biasa, bila aku
tidak wellprepared untuk diskusi, aku takkan bisa menyampaikan sesuatu dengan
fasih. Dan walaupun wawancaraku begitu adanya.. tapi rasanya lega, alhamdulillah. sekarang
waktunya tawakkal..
No comments:
Post a Comment