Menjadi mata air.
Pesan ayah dari Bacharudin Jusuf Habibie yang tertanam kuat
dalam benak Habibie kecil.
Habibie tidak lahir dari keluarga biasa.
Habibie lahir dari ayah yang sangat cerdas. Ayah yang
mengajarinya banyak hal. Ayah yang membuatnya bermimpi untuk membuat pesawat.
Ayah yang menanamkan padanya untuk bisa jadi mata air, jadi orang yang
bermanfaat. Ayah yang taat agama, dan ketaatan itu tercermin dari cara
meninggalnya dalam sholat, yang insya Allah husnul khotimah.
Habibie dibesarkan dari ibu yang sangat kuat. Ibu yang jadi
garda terdepan memperjuangkan pendidikan anak-anaknya.
Menonton film rudy Habibie semalam, membuat khayalku
melayang jauh. Ke jerman sana. ke dokter. Mengingatkanku pada teman satu
SMA yang sangat cerdas. Sinisnya sama. pintarnya luar biasa. Gerak-geriknya.
Berkarya dalam diam. Tak pernah ribut dan banyak mengobrol. Tahu-tahu namanya
sudah mewangi. Mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Karena film hanya menceritakan indahnya. Bagian sedihnya
tentu tak lebih banyak dari indahnya.
Sosok Habibie yang sekarang ini, siapa yang tahu apa saja
yang telah terjadi di masa mudanya dulu? Siapa yang mengerti air mata, peluh,
dan semua usaha yang sudah dilakukan?
Saya hanya butuh tidur 4 jam. Makin cepat dapat tempat, makin
cepat saya belajar.
Kecintaannya pada ilmu. Keseriusannya dalam belajar. Rasanya
membuatku tertampat-tampar. Apalagi mengingat tahun-tahun kuliah kedokteranku yang belajar sangat ala kadarnya..
Menjadi mata air.
Mata air hanya lahir di tanah yang bergolak.
Mata air yang jernih akan mengendapkan keburukan di sekitar.
Orang baik akan dikelilingi orang baik.
Jadi orang bermanfaat. Jadi orang bermanfaat.
Pemimpin itu, banyak curhat ke “langit”.
Banyak doa. Banyak doa.
Kalau kamu ga taat, percuma aja semua ini asma :''
No comments:
Post a Comment