Oct 22, 2010

AKU SADAR?

AKU SADAR?
Aku terhenyak.
Rasanya ingin menangis.
Aku jadi ingat seleksi pestasains ipb matematikaria kemarin.
Aku ga lolos. Yep, i only try my lucks.
Padahal teman sekamar ku, elma, akhwat SG yg paling jago math. Artinya, org kedua yg jago math seangkatan. The first? Yusuf. Dan ada satu kalimat ukhti ira yang bikin aku bangun:
“bukan dia yang terlalu pandai. Tp karena dia banyak berlatih. Buku mathnya udah kaya cakar ayam. Buku fisika udah mau abis. Dia tau apa yg dia mau dan apa yg dia bisa. Dan kalo kamu udah sadar apa keinginanmu, kamu akan mudah ngejar semua itu”.

Hey aku tertohok! Aku lg beresin lemari dan kemudian refleks tersenyum sinis. Aku sadar banget ukhti ira nyindir aku. Tapi aku tersenyum sinis bukan untuk dirinya, aku tersenyum sinis pada diriku sendiri. Ukhti ira tau kalo aku mampu. Tp ukhti ira juga tau kalo aku blm pny spesifikasi satu bidang tertentu. Dan semua kata2nya itu. Membuatku kembali ke renungan tujuan hidupku yang tak akan ada habisnya. Seluas lautan.

Dan hey aku sadar dimana salahku. Aku belum punya spesifikasi tertentu. Itu pertama. Kedua, aku membatasi diriku. Aku terlalu gampang menyerah ternyata. Kurasa aku terlalu baik, mengalah dengan takdir. Mengalah dengan yang lain.
Aku ingat lagi, semua lomba yg pernah kuikuti dan tidak menang. Aku ingat semua itu, dan yang membuatku semakin sadar, ketika amalia sharfina menang. Aku selalu dibayangi dirinya. Dan itu benar2 tidak baik untukku.
Bayangan diri2 menarik seperti Sumayyah Fitri Karimah, Amalia Sharfina dan Fariz Zhafari ternyata membatasi alur berpikir otakku. Aku selalu berpikir kalo mereka memang yang terbaik dan aku yang akan selalu jadi selanjutnya. Kedua ketiga bahkan keempat. Bahkan mungkin ke seratus.
Jika ada perlombaan seperti itu fokusku hanya menang membuat umi tersenyum bangga. Tp ternyata ketika kutengok hatiku aku melihat satu alasan yang menjijikan. Mengalahkan mereka semua. Tapi aku sadar, usahaku bukanlah usaha seorang pemenang. Belajarku kurang gila. Tidurku masih lebih banyak daripada belajarku. Tanganku belum secepat lintang. Mataku belum setajam dirinya.
Disini aku baru sadar, KALO ORANG LAIN BISA KENAPA KITA NGGA BISA? Aku baru bisa meresapi kalimat itu sepenuhnya. Aku benar2 baru sadar.

No comments: