Oleh: Asma Azizah
Surakarta, 20 Januari 2017
Kita akan ujian di waktu terbaik yang Allah tetapkan untuk
kita.
Kata-kata yang tidak solutif, tapi setidaknya, mengucapkan
kalimat itu berulang-ulang bisa menenangkan resah diri.
Ya, aku berada di injury
time dimana aku harus segera melaksanakan seminar hasil skripsi.
Beberapa waktu lalu, teman-teman sudah mulai memberi tahu
tanggal ujian skripsi. Sementara aku ketar ketir di kamar menyelesaikan
pembahasanku.
Rasanya aku seperti berlari kencang sekali untuk mengejar
segala ketertinggalan.
Pernah tiba masanya, aku mual sekali.
Rasanya penelitianku seperti benang kusut entah dimana
ujungnya.
Rasanya tungkaiku tak cukup kuat, tubuhku tak cukup tegar
untuk berlari mengejar semua.
Rasanya semua terlalu jauh untuk dikejar.
Aku pernah merasa sangat putus asa,
Aku pernah merasa sangat benci melihat target-target ujian
skripsi yang kubuat.
Hingga saking bencinya, kuhapus bersih-bersih semua target
itu.
Pasrah.
Dan lagi-lagi mengulang kalimat,
Allah akan memberiku waktu ujian yang terbaik untukku.
Aku menghela napas panjang, untuk coba berlari lagi.
Pembahasan akhirnya kukejar dari pagi – siang. Kemudian
segera kukirim ke dosen.
Tidak berapa lama, dosbing utama minta untuk segera
menghadap dengan membawa berkas persyaratan ujian lengkap untuk ditanda tangan.
Tiba-tiba aku sudah dapat tanggal
Sudah dapat tanda tangan
Dan satu hari setelahnya,
Alhamdulillah semua berkas lengkap
Hanya saja, tiba-tiba pula tanggal ujianku harus berganti
Detik ini pun, tanggal itu belum kunjung fix.
Ada sejuta khawatir.
Dari mulai tanggal, naskah skripsi, publikasi, dan bayangan
akan suasana ujian nantinya.
Ada takut. cemas. Dan kecewa dengan diriku sendiri.
Namun lagi-lagi aku harus menenangkan hati, dan kali ini ikut
menenangkan rekan-rekan juga.
Mereka yang tiba-tiba harus berganti tanggal, yang tiba-tiba
ada kendala di naskah, dan lainnyaa
Kuyakinkan mereka:
Allah akan memberi kita tanggal ujian di waktu terbaik yang
Ia tetapkan.
Pena telah diangkat, tinta telah kering.
Semua tinggal bagaimana kita menjemput karuniaNya dengan
semaksimal mungkin.
Semua tinggal soal menjemput bahagia dengan memaksimalkan
ketaatan.
Wallahu a’lam bish showab
No comments:
Post a Comment