Jul 20, 2017

Hikmah dari IUFD

Takkan pernah Allah memberi cobaan, di luar kesanggupan hambaNya. Begitu kata Allah di ayat terakhir surat kedua. Sejatinya, ujian diberikan sudah sepaket dengan kekuatan. Yang tentunya harus dijemput dengan kesabaran dan keikhlasan dalam ikhtiar.

Seperti yang kualami pagi itu di kamar bersalin. Aku baru saja datang menggantikan shift malam rekan-rekan jaga. Di satu bilik terlihat ada ibu yang kemarin diketahui janinnya mati dalam kandungan (IUFD-intra uterine fetal death). Ketika didekati ternyata si ibu mengeluh dadanya ampeg dan meminta tetesan infusnya diperlambat. Karena prediksinya, tetes infus itulah yang terlalu cepat itulah dirinya sesak. Ketika kulaporkan, residen obsgyn mencoba menenangkan dan kemudian  kami memasangkan oksigen agar sesaknya bisa berkurang.

Belum berapa lama ditinggal, sang ibu mengerang hebat. Setelah dicek ternyata pembukaannya sudah lengkap. Aku agak terkejut. Karena kemarin siang, ketika aku meninggalkan kamar bersalin, ibu itu sudah akan dilakukan tindakan untuk evakuasi janinnya. Kisahnya sangat mengharukan, karenanya kemarin siang setelah jam jaga usai, aku buru-buru meninggalkan kamar bersalin. Tak ingin melihat evakuasi janinnya. Tak ingin melihat kesedihan di wajah ibunya. Qodarullah, kemarin siang tak jadi dievakuasi. Pengeluaran janin diputuskan dilakukan secara pervaginam dengan induksi. Sehingga jadilah pagi itu aku menemui ibu yang ternyata masih ada janin di  perutnya dan pembukaannya lengkap. Artinya, akulah yang harus ikut membantu persalinannya.

Ini adalah pertama kalinya aku menjadi asisten utama residen. Prosesnya bisa dibilang cukup cepat. Walaupun aku masih dengan tangan gemetar memegang gunting dan sering tidak tanggap ketika harusnya membersihkan perdarahan yang keluar. Alhamdulillah janinnya berhasil keluar. Plasenta keluar lengkap. Perdarahan ibu terkontrol baik dan tensi pasca persalinan juga baik.

Setelah persalinan itu, aku kemudian memperhatikan sang ibu dan suaminya. Yang masya Allah, luar biasa sabarnya. Aku tak melihat tangis bombai ibu atau derai putus asa sang suami. Kupikir, suaminya akan bermuka masam atau menyalahkan keadaan. Tapi ternyata, suaminya bersikap sangat lembut saat menghadapi istrinya. Pun ketika bertanya denganku yang sebenarnya bukan siapa-siapa ini, ia masih bertanya dengan senyum, dok kapan ya jenazah bayinya bisa kami bawa pulang?. Kujelaskan dengan pelan prosedurnya. Dan kemudian dibalas anggukan dan senyum oleh mereka.

Maha Benar Allah dengan segala firmanNya. Aku yang sesungguhnya kemarin ingin menghindar dari persalinan IUFD ini, ternyata malah diberikan kesempatan menolong langsung. Walau selama persalinan, aku ingin menangis karena membayangkan betapa sakitnya si ibu akan bertambah mengingat janinnya sudah IUFD. Tapi ternyata Allah beri ketegaran menghadapi dan bertahan disana. Allah beri bonus, seorang residen baik hati yang memaklumi pemulanya aku, tidak memarahi bahkan beliau hanya bilang: gapapa, namanya juga belajar. Dan dari semua kejadian pagi itu, ketegaran suami istri yang diuji IUFD itulah yang membuatku ingat dengan ayat terakhir di surah kedua Qur’an; bahwa Allah tidak akan menguji di luar kesanggupan hambaNya. Allah yang Maha Mengetahui. Pasti ada hikmah dibalik ujian IUFD itu. Pasti ada yang Allah ingin ajarkan, untuk mereka yang ditinggal janinnya. Atau untuk kami yang sedang mengemban amanah menuntut ilmu di rumah sakit ini.


Solo, 20 Juli 2017

No comments: