Sep 4, 2014

*smile*

Bagaimana seharusnya bersikap bila ada ikhwan yang biasa menunduk ketika berjalan, diam, dan tiba-tiba kini kau menemukannya berwajah tegak, dengan senyum menghiasi wajahnya mengarah padamu, walau mungkin bukan kau yang ingin disenyumi.

Haruskah dibalas dengan senyum manis?
Atau haruskah kau berpaling menunduk?
Atau pura-pura tidak melihat?

Aku tidak memilih ketiganya. Aku memang benar-benar tidak melihatnya sebagaimana seharusnya aku tidak melihatnya. Hanya saja, tadi sahabatku menyapa ikhwan yg biasanya diam itu. Dan kemudian sahabatku bilang, “ia tersenyum”. Aku berpaling, agar mataku tidak nakal mencari-cari senyumnya. Fuh, Alhamdulillah nggak jadi lihat.

Tapi kemudian aku jadi berpikir, bagaimana seharusnya akhwat bersikap ketika ada ikhwan yang melempar senyum?
                Ih senyumin balik aja, senyum persaudaraan.. ukhuwah..
Atau..
                Loh selama ngga ada rasa yaa biasa aja. Senyum senyum aja. Gitu aja kok pakai mikir..

Tapi..

Bagaimana jika senyummu yang seharusnya jadi senyum biasa di mata semua orang, tiba-tiba objek yang kau senyumi merasa terbang melayang?

Bagaimana jika saat kau tersenyum padanya, setan membumbui pikirannya dengan hal-hal manis dan membuatnya terlena?

Dan bagaimana jika saat kau melihat senyumnya, yang seharusnya jadi senyum biasa, tapi jadi sesuatu yang berbeda saat setan memanas-manasi hatimu.

Ya Allah.. aku takut..



5 september 2014, setelah melewati lorong tutorial.

No comments: