Bagaimana seharusnya bersikap bila
ada ikhwan yang biasa menunduk ketika berjalan, diam, dan tiba-tiba kini kau
menemukannya berwajah tegak, dengan senyum menghiasi wajahnya mengarah padamu,
walau mungkin bukan kau yang ingin disenyumi.
Haruskah dibalas
dengan senyum manis?
Atau haruskah kau
berpaling menunduk?
Atau pura-pura tidak
melihat?
Aku tidak memilih ketiganya. Aku memang benar-benar tidak
melihatnya sebagaimana seharusnya aku tidak melihatnya. Hanya saja, tadi
sahabatku menyapa ikhwan yg biasanya diam itu. Dan kemudian sahabatku bilang, “ia
tersenyum”. Aku berpaling, agar mataku tidak nakal mencari-cari senyumnya. Fuh,
Alhamdulillah nggak jadi lihat.
Tapi kemudian aku jadi berpikir, bagaimana seharusnya akhwat
bersikap ketika ada ikhwan yang melempar senyum?
Ih senyumin balik aja, senyum
persaudaraan.. ukhuwah..
Atau..
Loh selama ngga ada rasa yaa biasa aja. Senyum
senyum aja. Gitu aja kok pakai mikir..
Tapi..
Bagaimana jika senyummu yang seharusnya jadi senyum biasa di
mata semua orang, tiba-tiba objek yang kau senyumi merasa terbang melayang?
Bagaimana jika saat kau tersenyum padanya, setan membumbui
pikirannya dengan hal-hal manis dan membuatnya terlena?
Dan bagaimana jika saat kau melihat senyumnya, yang
seharusnya jadi senyum biasa, tapi jadi sesuatu yang berbeda saat setan
memanas-manasi hatimu.
Ya Allah.. aku takut..
5 september 2014, setelah melewati lorong tutorial.
No comments:
Post a Comment