CINTA
ITU NYATA
Hari
paling indah adalah hari ketika kamu sadar bahwa kamu telah dilahirkan dari
pernikahan suci. Hari ketika kamu tahu bahwa kamu pernah berada di Rahim
seorang shalihah yang tetap beri’tikaf di malam Ramadhan tanpa mengeluh betapa beratnya
mengandungmu. Ketika kamu menyadari bahwa tangis pertamamu di dunia adalah
kebahagiaan bagi semua orang.
Hai
anak-anak singa, pernahkah kalian menyadari betapa beruntungnya jadi anak-anak
singa?
Pernahkah
mensyukurinya?
Jika cinta itu kecil,
akan mudah terlihat. Jika cinta itu sangat besar, sebenarnya sangat sulit
dilihat – In Hae dalam Good
Doctor.
Adakah
dari kita yang sangat sulit melihat betapa besar cintanya ummi dan abi pada
kita, anak-anaknya?
Adakah
kita lupa, bahwa karena cintaNya pada kita, Ia tetapkan kita lahir pada
keluarga yang tak hanya sekedar mencari makan dan minum tapi juga menyebarkan
kehangatan ke seantero negeri melalui dakwah?
Adakah
mata kita yang tak melihat atau mata hati kita yang tertutup?
Maka sebenarnya, bukan karena besar
atau kecilnya cinta yang menjadikan kita sulit melihatnya. Sesungguhnya,
masalahnya ada pada mata batin kita yang terkadang tertutupi oleh awan-awan
prasangka dan dosa, yang karenanya, jadi sulit bagi kita untuk menerima dan
memahami cinta-cinta tulus yang diberikan ummi dan abi kita.
Ummi
dan abi sibuk terus. Mereka bahkan nggak punya hari Ahad untuk anak-anaknya!
Padahal kerjanya ummi dan abi tak
hanya kerja dunia. Peluh mereka tak hanya untuk menyekolahkanmu sampai kau bisa
kerja dan punya rumah. Lebih dari itu, mereka berjuang agar bisa persembahkan rumah
untukmu dan adik-adikmu di Firdaus-Nya kelak. Tak perlu istana, cukuplah rumah,
namun lengkap dengan anak-anaknya, berkumpul di Jannah-Nya, bertetanggakan
Rasulullah dan para sahabat; mungkin adalah pinta yang tak putus ditangiskan
mereka di tiap tahajjudnya.
Karena ummi dan abi bukan hanya
milik kita, mereka juga milik ummat. Amanahnya bukan hanya kita, darah
dagingnya. Tapi orang-orang di luar sana yang juga memiliki ikatan yang sama
kuat bagai ikatan darah, saudara sesama muslim.
Ummi dan abi memang bukan
siapa-siapa. Hanya manusia biasa yang banyak khilafnya. Tapi cinta mereka untuk
dakwah ini begitu sempurna. Mereka bukan orang-orang pertama yang mengawali
dakwah ini. Walau mereka tidak terkenal, kuyakin, mereka sama-sama tak ingin
jadi pemutus perjuangan ini. Karena itu, dengan segenap asa, mereka berusaha
sekuat tenaga untuk melangkah di jalan ini. Mengejar ketertinggalan mereka
dengan assabiqunal awwalun dakwah di
bumi pertiwi ini.
Biarlah nama mereka tak tertulis
dimana pun. Biarlah perjuangannya tetap jadi perjuangan sunyi, yang tak menarik
untuk dijadikan berita dan kejaran para wartawan. Dan biarlah hanya Allah saja
yang membalas perih dan letih ummi abi.
Kita tak perlu berteriak betapa
bangganya kita pada ummi abi. Sebab sakit rasanya bila berteriak bangga padahal
kau menangis dalam hati karena tak pernah memiliki ummi dan abi di hari Ahad.
Miris rasanya harus berteriak-teriak ‘kami bangga, kami bangga,’ padahal kita
sama-sama pernah mengeluhkan ‘pekerjaan akhirat’ ummi dan abi.
Hidup bukan untuk
membangga-banggakan sesuatu. Karena sejatinya kita di dunia ini tidak memiliki
apa-apa, maka tak pantas untuk membanggakan sesuatu yang bukan milik kita. Ummi
abi dan segala yang ada di dunia ini adalah milik Allah, yang suatu hari nanti
akan menghadap Allah satu persatu. Kita
pun juga bukan milik ummi dan abi seutuhnya. Kita hanya titipan, amanah yang
Allah berikan untuk ummi dan abi. Yang suatu hari nanti juga akan menghadap
Allah. Maka, atas segala hal yang sementara ini, marilah kita saling bersyukur
atas sekecil apapun nikmat Allah. Bersyukur karena Allah telah pilihkan ummi
dan abi yang luar biasa, yang tak hanya mendidik anak-anaknya tapi juga
mendidik umat. Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah, Rabb semesta Alam..
***
tulisan di atas adalah tulisan yang tadinya dibuat untuk sebuah lomba cerpen. Qodarullah, aku kelupaan ngirimnya, Dan begitu nama-nama finalis keluar, sadarlah aku bahwa tulisan yang 1 ini memang belum sempat terkirim :''
It's okay, Allah punya rencana terbaikNya. Dan mungkin takdir tulisan ini memang hanya untuk konsumsi pribadi (saja) *smile
No comments:
Post a Comment