Bismillahirrahmaanirrahiim..
Studi banding TPA sudah berlalu
beberapa waktu, semoga belum terlambat untuk menggoreskan hikmah dan pelajaran
yang bisa diambil dari stuban kemarin..
Stuban kali ini diadakan Kamis,
12 Juni 2014 ke TPA Hamas, Desa Krakitan, Klaten. Perjalanan yang cukup jauh
dari Solo, makan waktu sekitar 1 stengah jam. Dan begitu sampai di lokasi
TPAnya, langsung bergulir puji-pujian kepadaNya. Ada spanduk gede TPA nya, ada
gardu Qur’an, ada kantor dan kelas-kelas seperti di sekolah biasa.
Kami disambut dengan hangat oleh
Pak (duh, ane lupa namanya). Setelah sholat ashar, kami langsung menuju ke
kediaman si bapak untuk berbincang-bincang mengenai TPA Hamas lebih lanjut.
Pertama, di TPA Hamas, santri
harus berangkat, ga boleh malas-malasan. Kalau sampai 3 kali nggak berangkat,
si santri ini akan dapat surat teguran.
Kedua, Guru tidak boleh telat 1
menit pun. Komitmen pengajarnya benar-benar dilihat betul. Semua langsung
senyum miris. Ingat kuliah, TPA, dan amanah-amanah lainnya. Lebih sering datang
telat dari pada ontime nya :’
Ketiga, dana itu penting. Di TPA
Hamas santri diminta membayar 10 ribu rupiah untuk pengembangan TPA. Selain itu,
TPA Hamas juga memiliki berbagai macam bisnis, mulanya kecil-kecilan tapi
Alhamdulillah sekarang sudah berkembang besar dan bisa digunakan untuk
mengembangkan TPA, menyekolahkan calon guru TPA di pesantren tahfidz.
Keempat, pengurus dan pengajar
itu berbeda. Pengajar hanya fokus mengajar dan mendidik anak-anak. Sementara urusan
operasional TPA diserahkan pada pengurus. Syarat jadi pengurus, harus pandai
cari uang hehe.
Kelima, kajian wali santri rutin
1 bulan 1 kali. Kalau sampai wali santri tidak datang sampai 3 kali, maka akan
dapat teguran juga. Kajian wali santri ini penting untuk memberikan pemahaman
pada orangtua, pentingnya ngaji, pentingnya peran ortu dalam mengarahkan anak,
intinya sih pentingnya TPA ;) Kajian juga sebagai wadah silaturahim dan
komunikasi antara pengajar dan orangtua. Kalau misal sudah sama-sama klop kan
mendidik anaknya jadi lebih mudah. Jadi yang disampaikan pengajar di TPA ga
berhenti sampai TPA aja..
Fyi, TPA Hamas memiliki 305
santri dan 38 pengajar, masyaa Allah :’)
Nah, santri-santri ini dibagi ke
beberapa kelas yg isinya sekitar 20-25 santri:
TKA untuk umur 5-6 tahun. Jam ngajinya
jam 2-3. Ini fokus ke lancar iqro’ dan bacaan sholat
TPA untuk umur 7-12 tahun. Start dari
habis ashar – setengah 5
TPA Lanjutan
TQA, kaya SMA nya TPA.
Setelah lulus TPA, ada pengajian
alumni tiap minggu sekali untuk mantau lulusan TPAnya..
DI TPA Hamas, semua pengajarnya
harus punya sertifikat tartil. Jadi ngajarin ke adek-adeknya ngga asal gampang
di lidah adek-adek tapi juga betul. Misal kayak bacaan
Bismillahirrahmaanirrahiim, seharusnya yg panjang hanya 2 harokat tapi karena
adek2 suka manjang-manjangin jadi kebablasan lebih dari 2 harokat.
Kegiatan lain selain ngaji yaitu
ada sepeda santri, camping, dan rihlah pengajar. Waah kapan yaaa Al Manar dan
Al Hidayah bisa kayak gitu :’)
Selesai cerita tentang TPA Hamas,
ada sharing-sharing tentang TPA Al Manar dan Al Hidayah. Tentang kesulitan yang
kita hadapi dan sebagainya.
Mungkin kita belum bisa gerak
sejauh itu karena masih terbatas dalam membagi waktu. Menyeimbangkan amanah
kuliah dr ortu, amanah di organisasi kampus, dan lain-lain. Jadilah TPA nya ga
bisa concern diurus betul :’’
Ohya di akhir, ada pertanyaan
dari salah seorang akhwat: sebenarnya, 1 halaman itu maksimal diulang berapa
kali?
“Kalo diulang sampai 3 kali, itu
gurunya yang salah” jleeeb :’
Maka seharusnya yg mantau iqro’
itu ya 1. Biar adeknya ga bingung dan biar pengajarnya juga ma’rifah betul sama
adeknya. Dan, pengajarnya gak boleh malas untuk negur. Kalau kurang panjang
ditegur, kalau kepanjangan ditegur, kalau ga lancar ditegur. Pengajarnya juga
jangan diem aja karena lelah ngingetin adeknya. Dan masalah panjang pendek (mad
thobii) ini harus diperhatikan betul. Soalnya sekali salah nanti ke
belakang-belakang juga akan salah terus dan semakin sulit untuk nyuruh adeknya
ngulang.. intinya, pengajar ga boleh diem~
Di akhir pertemuan di sore yang
cerah itu, TPA Hamas memberi kami banyak buku untuk dibawa ke TPA Al Manar dan
Al Hidayah. Ah, jazakumullah khoiron katsiiron :’)
No comments:
Post a Comment